Saturday, November 9, 2013

Finding Myself

Posted by Icha at 10:09 PM 0 comments
Tonight, on this partly-cloudy Saturday night, I stay in my room. Same as the other Satnites actually. Hahaha... I don't feel galau or even envy those who stay out and probably have dinner with their lovers however. I had a very delightful Saturday afternoon with Mas Radif, we had delicious meals for lunch and simple chit-chat. Then before he went home, he said,"Just take some time for yourself," and some words including contemplation, self-reflection and other stuff. I thought he was right and here I am, enjoy my Satnite, being comfort with myself. Oh, of course accompanied by some Japanese songs :)

Well, I agreed to take some time and contemplate tonight, but I can't say that I really do contemplating. However, there was a moment when I check on my cousin's facebook and opened her Soundcloud link. She already covered two songs and they were awesome. After listening to her cover songs, I did a mini-karaoke and recorded my own voice. The result was horrible. No, there was no problem with the voice recorder on my phone. My voice was the one which sounds horrible. And right after listening, I decided to delete it. Hahahaa :))))

That moment, I started thinking about myself and what talents that I really had. Guess I envy multi-talented people. Seems like they do anything so easy. Up until now, I just don't know what I'm good at. I love singing but in fact my voice is a complete disaster. I remember the moment I sang a song at my uncle's wedding. I got a very big applause, but when I think about it right now, I suppose they just flattered me. I love writing but I haven't ever written a complete story yet. My plots are always stuck in the halfway and it's hard to find any other idea to continue the story. Ckckckckck...

And let me tell you one thing. I have to push myself really hard to write this post in English. #sigh

I believe every person has been gifted of something. I only need to find my own gift. Well, maybe start from posting a blog entry in English, cooking something delicious for my beloved ones, or reading more books and research articles. The most important thing is, I should be happy in my journey of finding myself. I've got precious people who kindly accompany me in through this journey. Can I expect something better? :)

Oh, besides, life is a slow and deliberate process anyway. Thanks to Mas Radif who reminds me this :)



p.s. I don't know where he citated the last quote :p

Tuesday, November 5, 2013

Sparks

Posted by Icha at 7:50 AM 0 comments
So how do I start? From where and when did I start? I couldn't even remember.

I don't know how many things about him that everyone else knows. I don't know how many things about him that I don't know. But I am happy to be the one who always care about him, although sometimes I am just too lebay in showing my affection. I am happy to be the one who get impressed by little things he's done for me. To be the one he always care about, when I am upset or about to cry, when I become sensitive or even getting dehydrated, when I had a fever or a heartache. I am happy he always notices.

All those moments, those random thoughts that constantly coming in my head whenever I lie awake but with closed eyes, create beautiful sparks. Like a firework, reminds me of the overwhelming joy at Lebaran eve. I love recalling those happy thoughts over and over every night, though I still cannot remember when the sparks appear for the first time.

But just like he always says, I don't see it coming. It just happens :)

Sunday, October 13, 2013

Golek Perkoro

Posted by Icha at 8:35 AM 0 comments
Saya tau siapa yang masang komen berlabel anonymous di postingan itu. Dan rasanya kepengen nyabut pohon kelapa njuk dilempar ke manaaaaaaaa gitu.

Untung sekarang saya ada di tempat yang deket banget sama laut, jadi gampang nyari pohon kelapa.

Jadi harap jangan dekat-dekat kalau ngga mau kena sambit pohon kelapa!!





Lagian, udah tau bakalan bikin marah, masih diliat juga.
Dudul.

Prestasi

Posted by Icha at 8:16 AM 0 comments
Saya sering sekali mencoba membaca pikiran orang-orang saat duduk di suatu tempat yang ramai. Duduk di ruang tunggu bandara, perpus, tempat makan, fotokopian, lobi kampus, di kelas, lalu mencuri-curi pandang ke arah semua orang di ruangan itu, semacam scanning, melihat apa yang mereka lakukan, dan mencoba menebak apa yang mereka pikirkan.

Em, mungkin dari semua kemampuan khusus yang dimiliki keluarga Cullen, yang paling atraktif buat saya adala kemampuan Edward. Saya selalu ingin bisa membaca pikiran orang lain. Saya ingin tahu apa yang orang lain pikirkan tentang saya, karena sejujurnya saya sudah terlalu sering menghadapi orang-orang bermuka tidak cuma dua. Di sisi lain sebenarnya saya juga kerap bermuka banyak menghadapi orang-orang hanya karena tahu saya memang tidak bisa menampilkan wujud asli saya di depan mereka. Normal to? Hahahaha :)) Makanya pengen bisa membaca pikiran orang, biar tahu kepada siapa saya bisa menunjukkan wujud asli :p

Anyway, rasanya selalu menyenangkan menebak-nebak apa yang dipikirkan orang lain tentang saya, tentang sekitarnya. Semacam main detektif-detektifan, mengajukan berbagai praduga, walaupun pada akhirnya tidak ada satu pun dari praduga itu akan saya konfirmasi. Pada akhirnya apa yang sesungguhnya ada dalam pikiran orang-orang itu tidak pernah terbongkar. Tapi saya sungguh menikmati kegiatan yang ngga penting itu. Yah, tentunya dengan menanggung risiko kontroversi hati karena campuran khusnudzon dan su'udzon :p

Lebih menyenangkan lagi ketika tebakan-tebakan saya ternyata benar. Rasanya seperti prestasi mengetahui apa yang orang lain pikirkan tentang saya persis seperti apa yang saya perkirakan. Apapun yang mereka pikirkan tentang saya, apakah baik atau buruk, saya akan memikirkannya belakangan. Mengetahui bahwa saya mendapatkan kebenaran dengan cara saya sendiri, melalui intuisi dan tebakan saya sendiri, rasanya 'wah' banget. You know I'll take the truth at any cost dan terlepas dari apa kebenarannya, saya selalu melakukan selebrasi pribadi untuk prestasi saya itu.

Di sisi lain, ketika perasaan saya bisa ditebak dengan tepat oleh seseorang, saya ingin memberi penghargaan buat orang itu. Di mata saya, apa yang mereka lakukan adalah sebuah prestasi. Meskipun saya orangnya terlampau blak-blakan, sorry to say, hanya ada kurang dari satu persen penduduk dunia ini yang memahami dan bisa menebak dengan tepat apa yang saya pikirkan dan rasakan. Dan penghargaan hanya pantas diberikan untuk mereka yang bisa melihat menembus 'muka banyak' saya. And the appreciation is even bigger when, despite what I think or feel, they still love me.

^_^

Friday, October 4, 2013

04102013

Posted by Icha at 8:10 PM 0 comments
Bagian terbaik hari ini bukan dijemput di kosan.

Bukan formulasi di lab sambil becandaan.

Bukan jejeritan waktu main Cut the Rope.

Bukan makan ramen sama teman-teman segrup penelitian.

Bukan ngobrol geje di kosan sampe azan maghrib.

Bahkan bukan karena hari ini adalah hari ini (if you know what I mean :p).

Bukan juga karena mendadak ditelpon, disuruh keluar kamar.

Bukan pake kerudung dan jaket secepat kilat, lalu lari ke depan kos sampe nyaris kepleset.

Bukan menyadari kalau langit malam ini lumayan bagus.

Tapi bagian terbaik hari ini adalah ketika saya mendongakkan kepala, menatap langit dengan mulut setengah menganga, lalu saya mendengar suara orang lewat berkata,"Gek ndelokke opoooo kuwi..."

Saya ngga peduli. Perhatian saya tetap tertuju ke langit.

Sejurus kemudian saya membayangkan beberapa kilometer dari tempat saya berdiri saat itu juga ada seseorang berhenti di pinggir jalan (atau mungkin sedang mengayuh sepedanya :D) sembari mencari-cari sesuatu di langit, dan kemungkinan besar diliatin orang juga. Saat itulah keyakinan saya akan suatu hal meningkat dari seratus persen jadi seratus ribu persen.

                 "Yang lazim dari kita? Memangnya ada ya?"

^_^

Wednesday, September 18, 2013

I Choose to Be Wise

Posted by Icha at 8:28 AM 0 comments
Sometimes we think we need to ask, in order to know something.
But some other times, we think we just need to stop asking. Just close our mouth and let the answers come to us by themself.
And that's because we already know the answers, but we're afraid to hear them.



And I choose to be wise. I'd better stop asking. It would be so much better to know nothing than get mad after I hear the answer.

Bingung

Posted by Icha at 7:33 AM 0 comments
Terbangun pagi ini dengan massive emptiness yang penyebabnya masih belum teridentifikasi. Bukan galau, hanya kesepian dan kebingungan yang membingungkan. Dan karena itulah saya berencana memecahkan rekor dengan bikin 3 postingan dalam 12 jam (yang entah bakal beneran jadi 3 atau ngga). Menggila? He'eh. Lha wong bingungnya aja menggila sampe sempet bikin migren begitu :/

Hari ini saya bingung mau ngapain. Paling banter, nyelesein urusan usung-usung barang. Terus ambil kembalian uang bench fee. Abis itu ngerencanain agenda ngelab. Selebihnya bingung. Oiya, masak sarapan, nyuci, beberes, baca jurnal, sebenarnya banyak hal yang bisa saya lakukan dengan asyik. Kalau saya ngga sedang... Bingung.

Oh dan saya masih punya utang satu cerita ke pacar. Cerita yang membingungkan karena ngga tau harus saya mulai dari mana. Lebih gampang menceritakan keadaan jalan depan kosan daripada menjelaskan bagaimana suasana hati saya kemarin malam.

Huuuuuuuuuuuuuuuummmpppphhhhh... Geje.

--------------------***--------------------

Saya benci ketika secara otomatis ingatan memanggil perasaan tidak enak di masa lalu, yang kemudian mengantar saya kepada massive emptiness yang menyebalkan. Ngga enak aja gitu, just sit and feel soooo emotionless. Dan kemudian jadi sensitif terhadap hal-hal kecil, menganggap semuanya jadi biang kerok penghancur segala rencana yang sudah disusun sedari kapan tau. Saya benci ketika diri ini menolak untuk belajar bahwa ada saat-saat di mana kita hanya akan menjadi dewasa dengan menahan diri dari sesuatu yang kita inginkan. Yang sulit adalah menahan diri dan pikiran dari kebiasaan-kebiasaan yang sudah mendarah daging, kalau tidak melakukannya sehari terasa ada yang kurang. Tapi kalau menahan yang seperti itu saja tidak bisa, bagaimana mau menahan yang lain-lain?

Yaaaaaaaaaaaaahhhh, anggap saja ini saatnya saya untuk... Menahan diri. Mengingat terakhir kali saya berusaha menahan diri jadinya malah berantakan, kali ini saya akan berusaha lebih baik. Asalkan ngga menghalangi jalan orang, ngga menghalangi mimpi orang lain, saya rasa saya sudah bisa dikatakan berhasil.

--------------------***--------------------

Untungnya selalu luluh melihat orang-orang yang saya cintai muncul dengan begitu rendah hati, ngucapin met pagi, menyapa dan menanyakan kabar mood saya. Yang masih berusaha bikin saya ketawa walau mungkin ketawanya sedikit dipaksa. Yang masih mau ngusilin saya sehingga biarpun marah, saya tau saya masih digatekke. Bahkan di saat-saat massive emptiness melanda seperti ini, saya masih punya orang-orang yang patut disyukuri keberadaannya.

Oh dan saya masih punya satu hal yang bikin saya excited. How's your day so far, Milady? :))

Tuesday, September 17, 2013

Kejauhan

Posted by Icha at 9:08 PM 0 comments
Rasanya aneh. Badan ngga dipake ngapa-ngapain tapi capenyaaaaaaa minta ampun.

Ngga perlu periksa ke dokter spesialis untuk tau sebab musabab dari semua ketidakjelasan ini. Seperti biasa, pikiran yang bundhet, mbruwet, kejauhan, dan bekerja terlalu keras. Bener deh, serasa ada gir yang muter kenceng banget di dalem kepala dan ngga mau berhenti.

Galau kan saya...

Nyaris seminggu ini, bisa dibilang segala yang saya rencanakan berantakan. Ngga ada yang kelakon sesuai draft dan angan-angan. Acara besar yang sudah direncanakan berminggu-minggu yang lalu bubar seketika gara-gara ada tamu tak diundang mendadak datang pas tanggal itu. Sumpah, rasanya kepengen ngepruk. Kalo aja tuh orang tau betapa berartinya tanggal dan acara itu buat saya. Dasar perusak rencana.

Kemudian berbagai hal kecil riyik-riyik remeh temeh yang dengan mudahnya membuat saya badmood. Kejadian-kejadian seukuran semut yang sanggup membuat saya men-judge bahwa semua itu semena-mena merusak seluruh rencana saya. Njuk saya jadi kepengen mutung dengan gampangnya. Sakarepe dhewe lah pokoke. Dan saya juga menganggap semesta mempermainkan saya sakarepe dhewe.

Beberapa hari belakangan saya juga memikirkan sesuatu yang sebenarnya sama sekali bukan urusan saya. Meskipun saya punya hak untuk ikut memikirkannya, saya sendiri ragu, apa saya cukup sopan untuk memikirkan hal itu. Bodohnya, sampe galau berhari-hari. Ngga, ini ngga lebay, bener-bener berhari-hari. Lalu setelah galau dan migren mentok sampe ke tembok, mak cling!! Masalah beres dengan sendirinya. Bersyukur, walau kejadiannya agak nganyelke. Tiwas mikir berhari-hari, masalah selesai dalam sekejap. Ada-ada aja.

Kemudian urusan-urusan yang sebenarnya juga kecil-kecil, tapi dipikir terlalu jauh sehingga jadinya malah makin keliatan ruwet dan menyebalkan. Acara ini, butuh beli ini, harus bayar ini, bahkan sampe ke urusan sehari-hari sejenis nyuci, beresin kamar, dan masak sarapan. Mendadak segalanya jadi riweuh dan memikirkannya saja butuh tenaga ekstra.

Ruwet... ruwet...

Bukan masalahnya yang ruwet, tapi kebiasaan mikir kejauhan yang bikin segala urusan jadi bundhet. Hari ini saya sambat ke pacar tentang rencana seminggu yang ngga kelakon, semua berantakan. Tapi tadi waktu makan sore sehabis takziah Pak Topo, salah satu karyawan Farmasi, Pacar bilang dengan muka lucunya, "Itu juga, dapet uang segitu dan ketemu Bu _____ [dosen kesayangan kami berdua] itu juga di luar rencana lho." Pikiran saya pun melayang ke sms temen segrup penelitian kami, Anggun, kira-kira setengah jam sebelum kalimat itu terucap. Katanya, kami segrup masing-masing dapat kembalian uang bench fee lab sebesar kira-kira Rp 82.000,00. Whoaaaaaaaaaaaa... Dompet saya kembali tebal. Kemudian saya bersyukur atas rezeki itu. Dan bersyukur juga punya pacar yang mengingatkan hal yang semestinya saya syukuri sore tadi :)

Pada gilirannya saya seolah dibuat mengerti dengan cara kerja alam semesta. Belakangan segalanya jadi terasa aneh dan lucu. Dan serba kebetulan. Unexpected. Yang tiba-tiba ada pembatalan rencana acara besar saya lah, yang tiba-tiba pacar ngabarin kalau... Ah, sudahlah, bagian ini ngga bakal ada yang ngerti kalau saya ceritain :p

Plus konfirmasi bahwa nyonya junjungan saya (soalnya selalu saya panggil 'Milady' :D) akan mendapatkan kebahagiaannya. Meskipun kebenaran beritanya baru 75%, udah ngerasa seneng aja sayanya :))

--------------------***--------------------

Tapi ternyata dalam hati kecil saya, masih ada ketakutan yang tidak terdefinisi. Saya hilang arah ketika orang-orang yang saya sayangi tenggelam dalam dunianya, dunia yang sama sekali tidak bisa saya jangkau dan pahami. Dan kadang saya mengutuk diri sendiri atas kebodohan mendasar seorang manusia, tidak mau belajar. Saya merasa salah dengan tidak mau belajar masuk ke dunia itu, selain perasaan salah yang lebih parah karena dunia saya pun belum mampu saya pahami dengan sempurna. Rasanya seperti belum selesai menggambar satu lingkaran dan sudah harus belajar menggambar lingkaran yang lainnya. Belum lagi mengisi lingkaran-lingkaran itu dengan objek-objek yang saya temukan. Sunnguh, rasanya seperti diri ini tertinggal jauuuuuuuuuhhh sekali.

Dan perasaan dibandingkan tidak pernah hilang. Selalu ada mereka yang punya dunia lebih besar, lebih dekat antara lingkaran satu dengan yang lain, bahkan saling bersinggungan. Sedangkan lingkaran saya begitu kecil, begitu terbatas. Rasanya jadi kaya ditendang jauh ke luar angkasa. Udah jauh, makin terpencil rasanya. Njuk kampul-kampul neng ruang angkasa dhewekan, ndak tau mau ke mana. Melihat mereka yang punya lingkaran begitu besar, begitu mudah menjangkau segala arah, rasanya sungguh sangat iri.

Ternyata memang susah mau nge-makeup nilai C biar jadi B. Wong yang tadinya dapet B aja setelah makeup bisa turun jadi C, padahal niatnya ngulang biar dapet A :))

Sunday, September 8, 2013

Teori Relativitas

Posted by Icha at 11:52 AM 0 comments
Baru di S2 ini saya belajar tentang Teori Relativitas.

Saya belajar bahwa cantik (karena saya cewek) itu relatif. Cantik bagi satu orang bisa sama dengan buruk rupa bagi orang lain. Wajah dan fisik adalah hal paling relatif di dunia, mustahil dipukul rata. Saya ngga tau definisi cantik yang absolut itu seperti apa. Putih? Tinggi? Langsing? Mancung? Apakah cantik itu cuma dilihat semata karena muka? Terserah pendapat dan penilaian orang seperti apa, yang jelas bagi yang sungguh-sungguh paham Teori Relativitas, mereka tidak akan lagi memaksakan kecantikan. Punya dua mata, satu hidung, satu mulut, dua telinga dan semua fiturnya baik sudah lebih dari cukup.

Saya belajar bahwa pintar itu juga relatif. Sesuatu yang tidak hanya diukur dengan indikator kapasitas kognitif, asal bisa ngitung beres perkara. Bahkan sejujurnya saya ngga tau berapa aspek yang mesti dikuasai seseorang sampai bisa dibilang pintar. Pintar masak, pintar nyanyi, pintar ngurus rumah, pintar betulin mesin mobil yang mogok, pintar bikin cerpen, pintar mendeskripsikan sesuatu, pintar main sepak bola, semua itu labelnya pintar. Pintar yang dicari tiap orang dalam diri orang lain berbeda-beda. Kalau semua orang di dunia ini paham Teori Relativitas, ngga ada orang tua yang memaksakan anaknya harus jadi rangking satu di kelas, harus piawai berhitung dan bicara lima bahasa.

Saya belajar bahwa lebih dan kurang pun sifatnya relatif. Ada orang yang sudah cukup hidup tanpa perlu milyaran rupiah di rekening. Ada orang yang bisa survive tanpa harus punya mobil mewah. Ada orang yang sudah merasa cantik tanpa perlu menambah di sana dan mengurangi di sini. Ada yang sudah merasa lebih dengan apa yang dimiliki tanpa merasa serakah. Tapi sebaliknya ada juga yang punya mobil empat biji plus pesawat pribadi masih kurang. Ada yang punya uang triliunan masih ngerasa miskin. Ada yang masih minder, masih protes sama Allah badannya kurang ini kurang itu, padahal melihat, bicara, mendengar dan berjalan semuanya normal. Ada yang masih merasa kurang meski sudah diberi berkelimpahan.

Ngga ada yang salah dengan Teori Relativitas, wong pada kenyataannya segala hal di dunia ini dinilai secara subjektif, jadi ya terima aja jatahnya. Pastinya juga ngga mentah-mentah diterima, tetep harus dibarengi usaha supaya level kita ngga stuck di situ saja. Kalau cuma terima, fisik biasa ya dibiarin, ngga dirawat. Kalau cuma terima, pinternya ngepas ya ngepas aja, ngga usaha belajar biar ilmunya nambah. Kalau cuma terima, ngga bakalan usaha kerja lebih keras biar rezeki mengalir terus. Berusaha menjadi lebih baik bukan kemudian menjadi serakah, pingine nambah, pingine ngrayah.

Intinya adalah syukurnya dikencengin, bro. Sehari ini aja, jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Relativitas dalam konteks ini mengajarkan bahwa kita ngga perlu memaksakan sesuatu yang sifatnya relatif dan subjektif. Ngga perlu dibesar-besarkan. Ngga perlulah sampai rugby tackle kanan kiri cuma karena merasa tersaingi. Disyukuri saja. Tentunya sambil tetap berusaha supaya apapun yang kita miliki jadi lebih baik dari yang sekarang.

Tapi sejujurnya saya sendiri pun masih harus banyak belajar soal ini kok :)

Monday, September 2, 2013

Sakau Buku (lagi)

Posted by Icha at 9:39 AM 0 comments
Terima kasih kepada Anggun Feranisa yang pagi ini telah bersedia sms untuk melaporkan prestasinya menamatkan seri terakhir The Alchemist, yaitu The Enchantress, dengan gemilang. Rasanya pengen saya ajak berantem anak ini, dengan semena-menanya dia membuat saya menginginkan buku baru!!!!!

Baru digituin aja saya udah kepengen buku baru, padahal wishlist saya sudah sepanjang ini...
  1. City of Lost Souls (The Mortal Instruments series, book 5) by Cassandra Clare
  2. Clockwork Princess (The Infernal Devices series, book 3) by Cassandra Clare
  3. Inferno by Dan Brown
  4. American Gods by Neil Gaiman
  5. Abandon by Meg Cabot
  6. Buku-bukunya Agatha Christie. Belum pernah baca satu pun, but I am sure I will give it a try. Kalo bagus ya beli lagi. Murko? Pancen!! XD
  7. Serial The Alchemist. Udah lama mupeng liat cover bukunya tiap main ke Gramed, tapi selalu maju mundur mau beli. Gara-gara si Anggun ini nie, jadi tambah mupeng. Tanggung jawab cuy!!
  8. Dan ratusan buku lainnya yang ngga pernah gagal bikin saya meleleh-leleh dan merasa miskin kalo lagi jalan ke Gramed/Togamas/Periplus/Kinokuniya

Padahal lagi, masih ada at least 8 buku (at least 8, aslinya entah berapa banyak :P) yang belum saya tamatkan...
  1. Clockwork Prince (The Infernal Devices series, book 2) by Cassandra Clare
  2. Matched by Ally Condie
  3. Men are from Mars, Women are from Venus by John Gray
  4. Kogoeru Kiba / The Hunter by Asa Nonami
  5. Defiance by C.J. Redwine
  6. Seraphina by Rachel Hartman
  7. The Night Circus by Erin Morgenstern
  8. The Geography of Bliss by Eric Weiner
Padahal lagi, lebaran kemarin sebagian THR sudah saya belanjakan dengan penuh napsu di Gramed dan Kinokuniya, dan buku hasil ke-kalap-an itu bahkan belum kebaca. Seriously, baca jurnal buat bahan tesis susahnya minta ampun, giliran liat novel aja matanya ijo.

Tapi tapi tapi, namanya juga Icha XDDDDDD

Tuesday, August 13, 2013

[Ketika takut mengatakan apa yang ingin dikatakan]

Posted by Icha at 9:49 PM 0 comments
Sakura  : Kalau Chiharu berkata kasar pada Yamazaki, lalu bagaimana?

Chiharu : Minta maaf saja. Kami kan sudah lama, jadi apa yang ingin kukatakan, kukatakan saja. Kadang-kadang ada yang kasar juga. Tapi namanya juga suka, karena ingin terus bersamanya, jadi minta maaf saja. Kadang waktu mengucapkannya aku tidak merasa apa-apa. Walaupun sama sekali tidak ada maksud jelek, setelah itu aku sadar telah begitu melukainya. Saat seperti itu aku pasti minta maaf. “Maafkan aku ya!”, bilang saja begitu.

-Kinomoto Sakura & Mihara Chiharu (Cardcaptor Sakura)

Thursday, August 1, 2013

Setahun Kemarin

Posted by Icha at 11:08 AM 0 comments
Sekitar sepuluh menitan yang lalu saya baru pulang dari silaturahmi ke kampus. Iya coy, silaturahmi. Secara temen-temen saya udah pada ngacir pulang sedangkan saya masih betaaaaaah aja seliweran di kampus tercinta. Hahaha...

Anyway, memasuki halaman parkir motor, saya melihat banyak banget MABA (alias MAhasiswa BAru) yang ngantri di bank. Ada yang terang-terangan berjemur di luar sedangkan sebagian lainnya nongkrong di dalem bank yang adem ayem. Saya menduga, mereka pasti lagi bayar SPP. Dan melihat lokasi bank-nya, hmmmm... Kemungkinan besar sih MABA S2. Hehehe...

Kemudiaaaaaan seperti biasa pikiran pun melayang-layng dan, pluk, jatuh di tepat setahun yang lalu. Yup, saat pengumuman penerimaan S2. Saya inget banget, pagi jam 6 tepat, temen saya (yang juga diterima tapi di fakultas lain) ngirim sms, nanya saya lolos apa engga. Kontan, saya yang tadinya masih setengah sadar langsung lompat dari tempat tidur, tergesa-gesa nyalain lepi, dan konek ke internet. Terus, setelah lima menit yang berasa 3 hari, saya ngeliat kata SELAMAT di webpage dan tanpa perlu membaca lanjutannya, saya langsung lari keluar dan teriak, loncat-loncat kegirangan, dan ngga lupa ngucapin alhamdulillah. Senengnya minta ampun. Dan sukses bangunin orang serumah :D

Abis itu dimulailah kesibukan saya sebagai MABA. Ceileeeeeeehhh, berasa muda lagi euy!! Hahaha... Fotokopi ini-itu, registrasi, dan kembali jadi bocah kereta demi menyelesaikan urusan masuk S2. Waktu itu bulan puasa juga, tapi bener-bener ngga ada rasa cape. Bawaannya seneeeeng aja. Waktu registrasi dn KRSan, saya langsung dapet temen. Jadilah kami berempat gandeng renteng dari satu gedung ke gedung lain, ngurus pemberkasan bersama-sama :)

Setelah Idul Fitri kami baru mulai kuliah. Saat itulah saya semakin banyak kenalan sama temen-temen seangkatan dan mulai akrab dengan beberapa orang. Seneng rasanya berkumpul di satu angkatan dengan banyak orang dari berbagai latar belakang S1, paling banyak jelas dari Biologi (bangga :D), ada juga yang dari Kedokteran Hewan, Farmasi, Perikanan, Pertanian, Peternakan (yang ternyata dia adalah temen SMP saya dulu. #tepokjidat), bahkan dari Teknik Kimia, Teknik Mesin dan Teknik Nuklir!! Weeeeewwwwww... Iya lah, secara Biotek kuliah wajibnya gabung sama BME a.k.a Biomedical Engineering a.k.a Rekayasa Biomedis. Keren sungguh :)

Ngga cuma itu, kami juga berhadapan dengan dosen-dosen yang sering bikin melongo ketika mereka beraksi. Secara para profesor, ilmunya udah sampai level entah di mana. Apalagi penelitian mereka yang 'tingkat dewa'. Sampai semester dua ini saya masih sering ngerasain sensasi ngeri-excited ketika berhadapan dengan mata kuliah yang belum pernah saya dapetin waktu S1. Yang udah pernah didapetin aja lebih 'OMG' dari dugaan. Hahahaha... Beruntung punya banyak temen yang pinter, bisa ngajarin saya yang otaknya ngepas. Hihihi...

Satu hal yang buat saya menakjubkan dari S2 saya sekarang adalah teman-teman seangkatan saya. Tiga puluh tujuh orang dengan background dan sifat berlainan disatukan dalam satu kelas. Ada yang pendiem banget, yang rame bin pencilakan, yang filsuf abis, yang koplak sepanjang jaman, yang kebapakan dan keibuan (karena mereka emang udah jadi bapak dan ibu dalam arti sebenarnya), yang dihormati di kelas karena pinter dalam semua matkul (iya, sungguh-sungguh dihormati), sampai yang susah dijelaskan dengan kata-kata (kalo pacar saya baca bagian ini dia pasti langsung tau siapa yang saya maksud :P). Ada yang kemudian jadi teman dekat saya, tempat saya biasa curhat, makan bareng, bahkan nyalon bersama. Dan kemudian juga ketemu seseorang yang sama anehnya dengan saya, yang kemudian jadi pacar saya. Eeemmmm... Kami ngga aneh sih sebenernya, cuma agak unik. Hahaha... :))

Jadi hari ini tepat setahun saya jadi mahasiswa jilid 2. Yang dulu masih ngeblank mau penelitian apa, sekarang lab jadi tongkrongan sehari-hari. Yang dulu ilmunya masih cetek, insya Allah sekarang nambah sedikit. Yang dulu ngga ngerti cara isolasi DNA, sekarang udah agak-agak mudheng. Well, cuma satu kata, menyenangkan.

Anyway, setahun kemarin, hari ini memang menandai dimulainya kesibukan saya jadi mahasiswa, tapi tahun ini, hari ini adalah saatnya liburan. Lagipula urusan akademik semester ini bisa dibilang sudah selesai, jadi boleh lah yaaaa sejenak melepaskan dari segala kegilaan sebagai mahasiswa. Hohoho :D

Wednesday, July 31, 2013

:|

Posted by Icha at 2:08 AM 0 comments
Seharusnya malem ini saya ngerasa seneng karena akhirnya saya ngedapetin apa yang paling saya inginkan untuk hadiah ulang tahun saya dua minggu yang lalu. Hadiah simpel yang saya inginkan bahkan lama sebelum ulang tahun saya. Sekitar sejam yang lalu saya kebangun dan entah bagaimana akhirnya bisa menemukan hadiah itu. Ngga ada semenit melihatnya, saya memutuskan untuk tidur lagi. Tapi saya terlanjur dirasuki pikiran aneh-aneh dan malah jadi melek. Bukan hal yang baik mengingat kemarin seharian saya sempat masuk angin.

Bukan masalah hadiahnya atau siapa pemberinya, tapi apa isi hadiah yang bahkan ngga perlu repot dibungkus itu. Isinya bikin saya serasa... Pernah ngelakuin PCR kemudian lanjut elektroforesis dan ngga menemukan band apapun di sana? Iya, rasanya kaya gitu. Lebih tepatnya, itu PCR sama elfor dipakai buat praktikum DetMol dan ngga keluar band sama dengan dicoret, siap-siap dapet E. Bagi yang merasa metafora ini absurd, jangan berkecil hati, memang hanya mahasiswa Biologi Molekular yang paham rasanya.

Lha to. Malah mbulet...

Intinya adalah hadiah itu membuat saya menyadari satu hal yang selama ini saya takutkan (yang mungkin tanpa saya sadari sudah terjadi sejak lama). Saya hanya takut saya menghalangi jalan orang lain, menghambat mimpi orang lain. Saya takut saya ngga ubahnya bis-bis AKAP kurang ajar yang bisanya senggol bacok makan jalan orang, ngelanggar marka jalan seenak jidatnya. Dan seperti juga bis-bis AKAP kurang ajar itu, saya takut menghambat mimpi orang lain karena ego, jadi orang yang selalu cari posisi safe di manapun saya berada. See, udah makan jalan, motong jalan pula. Netegi dalan, kata orang Jawa. Lha mbok pikir iki dalane ancestor-mu po?

Saya punya mimpi, tapi saya ngga pernah berpikir soal mimpi. Mimpi saya sangat sederhana, bahkan kalau saya tulis di sini, orang-orang pasti akan berpikir bahwa mimpi saya bahkan ngga bisa disebut mimpi. The point is, apakah mimpi yang sederhana itu sah dijadikan alasan buat saya untuk menghambat mimpi orang lain? Itu mah ngga ada bedanya sama orang thawaf yang main sikut kiri-kanan supaya bisa nyium Hajar Aswad. Dan konsekuensinya? Dia sendiri yang akan terlempar, dia sendiri ngga akan bisa mencium Hajar Aswad.

Too much fears, too much anxiety, too much angst. I can even say that I have too much too ask for. Saya sampai bingung gimana harus memilah semuanya. Saya merasa cerita pada orang yang salah. Saya merasa membiarkan mereka tau ketakutan saya adalah hal yang salah. Not because they will think I am weak or something, but because they will reconsider everything before they take an action, just to keep me not being hurt. And when you realise, it really hurts.

Apa yang lebih buruk dari perasaan sedih, bingung, atau marah? Cuma satu, rasa bersalah. Rasanya jauh lebih sakit daripada mengetahui kita kecewa atau sedih atau marah karena sesuatu. Ya, karena kita bukan korban, melainkan pelakunya. Rasanya bodoh dan malu.

Terus sekarang bisa apa? Ya lari. Mau ngapain lagi?


Run away, run away
Like a prodigal
Don't you wait for me
Don't you wait for me
So ashamed, so ashamed
But I need you so
And you wait for me
And you wait for me 


Coward, isn't it?

Saat ini saya kepengen punya mesin waktu, rasanya pengen balikin waktu ke saat-saat itu, ketika semuanya berawal, jadi saya bisa antisipasi, ngga usah bikin ulah macem-macem. Dan karena sudah kadung, mungkin saya hanya perlu sedikit menahan diri. I must learn to hold back, even when I think that something is extremely important for me. Even when I am afraid to lose that thing, when I know I might lose it someday.

Tapi terlepas dari efek cetar membahananya hadiah itu, saya tetap bersyukur dan berterima kasih. Bagaimanapun saya udah ngedapetin apa yang saya pengen dari lama. Terima kasih :)






*LYRICS FROM HERE

Thursday, July 4, 2013

A Thousand Miles - Vanessa Carlton : Kekacauan Perasaan di 4 Juli

Posted by Icha at 7:35 PM 0 comments


Making my way downtown
Walking fast, faces pass
And I'm home bound

Staring blankly ahead
Just making my way
Making a way through the crowd

And I need you
And I miss you
And now I wonder....

If I could fall into the sky
Do you think time would pass me by
'Cause you know I'd walk a thousand miles
If I could just see you
Tonight

It's always times like these when I think of you
And I wonder if you ever think of me

'Cause everything's so wrong
And I don't belong
Living in your precious memories

'Cause I need you
And I miss you
And now I wonder....

If I could fall into the sky
Do you think time would pass me by
'Cause you know I'd walk a thousand miles
If I could just see you
Tonight

And I, I
Don't want to let you know
I, I
Drown in your memory
I, I
Don't want to let this go
I, I
Don't....

Making my way downtown
Walking fast, faces pass
And I'm home bound

Staring blankly ahead
Just making my way
Making a way through the crowd

And I still need you
And I still miss you
And now I wonder....

If I could fall into the sky
Do you think time would pass us by
'Cause you know I'd walk a thousand miles
If I could just see you...

If I could fall into the sky
Do you think time would pass me by
'Cause you know I'd walk a thousand miles
If I could just see you
If I could just hold you
Tonight




*PICTURE FROM HERE
*LYRICS FROM HERE

Sunday, June 30, 2013

A (Truly) Whole New World

Posted by Icha at 11:09 AM 0 comments
Pagi ini saya sengaja milih soundtrack film sebagai temen belajar. Soalnya Propagasi Sel lumayan bikin mumet, jadi saya kepengen belajar sambil rileks, sambil berkhayal :D

Sekarang yang sedang keputer di playlist adalah lagu-lagu soundtrack film Aladdin, kartun Disney favorit saya sepanjang masa (setelah Lion King tentunya). Sejak awal saya tau Disney dan fairytales-nya yang indah-indah itu, saya memutuskan bahwa Aladdin adalah juaranya. Mungkin gara-garanya waktu SD Papah beliin saya CD Classic Disney dan lagu pertama di CD itu adalah A Whole New World. Lagu itu sukses mengambil hati saya. Setelah nonton filmnya, saya makin suka.

Saya pun ngga ngerti kenapa saya bisa segitu cintanya sama Aladdin, tapi ya, saya emang suka kisah cinta 'beda kasta' yang jadi tema utama cerita itu. Saya suka Jasmine yang segitu bodo amatnya, naksir ya naksir aja, meskipun cowok yang dia taksir cuma cowok miskin yang, ehm, kerjaannya aja nyolong di pasar. Dan naksirnya simply karena dia tau cowok ini berhati baik. Emang siiihh, namanya juga manusia. Aladdin pun sempet keblinger, minta ke jin lampu biar dijadiin pangeran demi bisa pedekate sama sang putri. Tapi toh setelah kedoknya kebongkar dia ngga lari dari masalah. Lalu singkat cerita, taraaaaaaaaa... Jadian juga mereka berdua :D

Kalau dipikir-pikir lagi, dan setelah beberapa kali liat film, baca ceritanya, dan dengerin lagunya, saya mulai pinter berspekulasi. Mungkin Jasmine jatuh cinta sama Aladdin bukan semata-mata karena Aladdin baik hati, mau nolongin dia dan sebagainya. Saya justru ngerasa jangan-jangan Jasmine bener-bener jatuh cinta sama Aladdin gara-gara dibawa terbang pake karpet terbang itu. Di film, pas terbang itu (dan lagunya A Whole New World), Aladdin ngajak Jasmine jalan-jalan ke berbagai tempat yang selama ini pengen dijelajahi sang putri tapi ngga bisa karena terhalang tembok istana (tsaaaaahhh). Diajak terbang ke Cina, Afrika (karena ada padang rumput dan kuda-kuda) sampe ke Yunani. Bagi Jasmine, Aladdin membuka matanya, menunjukkan tempat-tempat baru yang belum pernah dia tau, memberi dia petualangan yang dia inginkan. Makanya lagunya pun judulnya A Whole New World, dunia yang baru. Dunia yang selama ini emang udah ada, tapi baru dia liat setelah Aladdin menunjukkan dunia itu padanya. Bagi Jasmine, dunia itu serasa baru :)

Bahkan di lagu Out of Thin Air, yang jadi soundtrack-nya Aladdin 2 (King of Thieves), kalimat pertama yang dinyanyikan Jasmine kaya begini:

"You showed me the world when I was all locked up inside"

Harfiahnya seperti Jasmine, terkungkung di tembok istana, ngga bisa keluar dan main ke mana-mana. Ngga bisa berpetualang seperti kata hatinya. Tapi mungkin filosofinya jauh lebih besar dari itu. Mungkin yang terkunci selama ini adalah pikiran dan perasaan. Mungkin selama ini 'Jasmine' melihat dari sudut pandang yang terlampau sempit. Dan namanya juga putri, mungkin selama ini perasaannya dikunci hingga ngga bisa bebas mengungkapkan isi hati. Mau ketawa ditahan, sedih ditahan, marah ditahan, takut ditahan. Lha wong mau jatuh cinta aja ditahan. Dan ketika muncul orang seperti 'Aladdin', yang dengan tulus menarik keluar semua yang tertahan itu, yang membebaskan kita mengungkapkan pikiran, perasaan dan mimpi-mimpi, gimana sih rasanya? Ketika dia menunjukkan tempat-tempat baru yang belum pernah kita jelajahi, membuka sudut pandang kita jadi lebih lebar, mengajarkan empati tapi jujur pada diri sendiri, gimana sih rasanya? :)

Kalau mau melihat kenyataan lebih dekat, dunia baru yang ditunjukkan 'Aladdin' pun mungkin bukan sekedar dunia yang kasat mata. Bisa jadi 'dunia' itu wujudnya kebiasaan-kebiasaan baru. Atau mungkin sekedar dikasih denger lagu-lagu 'baru' yang selama ini belum pernah kita denger, film-film yang belum pernah kita saksikan, disodorin buku-buku yang ternyata bikin kita jadi orang yang baru. Atau mungkin diajarin ilmu-ilmu baru, sesuatu yang selama ini kita ngga tau tapi rupanya perlu, apalagi kalau ilmunya ternyata asik dan seru. Itu juga sebuah dunia baru kan? :)

Mungkin sekarang saya sedikit mengerti perasaan Jasmine. Mungkin memang ada orang yang luarnya tidak seberapa, tapi dalamnya berupa berlian yang bersinar luar biasa. Kata siapa harta karun itu wujudnya cuma emas perak permata kaya di film-film Pirates of Caribbean? Orang kaya Aladdin itu harta karun juga lho :)






*PICTURE FROM HERE

Saturday, June 22, 2013

Princess Hours di Sela-sela Badai Ujian :)

Posted by Icha at 9:41 AM 0 comments
Jadi ceritanya, sesorean ini saya melepaskan penat sejenak. Nontonin adegan-adegan yang romantis dari drama Korea kesukaan saya sepanjang masa. Yup, hanya karena kangen adegan-adegan ini :D

 
Ini lho,awal ketemunya pangeran Lee Shin sama si imut Shin Chae Gyung. Ceweknya yang ngajak gelut lho :D


Dan cerita ini berawal karena kebodohan Min Hyo Rin yang ngga mau diajak nikah karena lebih mentingin karir baletnya. Tapi giliran cowoknya nikah ama orang lain, dia ngamuk-ngamuk njuk golek perkoro. Woalaaaaaaaaaaaaahhh, salah siapa cobaaaa? :P

Tapi ada hikmahnya siiihh, kekoplakan dan keromantisan yang sesungguhnya pun dimulai :D





Tapi yang paling saya suka ituuuuuuu...

Waktu Shin sama Chae Gyung jalan-jalan ke pantai. So sweet ^_^

"Apapun yang nanti kaudengar, kau tidak boleh merasa sedih tanpa izinku. Kau mengerti?"
-Lee Shin

 Ketika mereka marahan sampe Chae Gyung mau kabur dari istana. Tapi ujung-ujungnya baikan lagi kok :)

Kalo dilamar cara simpel tapi romantis gini sih, aku juga mau... :D

Ini pas Hyo Rin nyusul Shin ke Thailand (kalo ngga salah). Salah satu episode yang saya ngga suka. Tapiiiiiii tamannya bagus banget :)

 "Annyeong... Nae wangja-nim. Selamat tinggal, pangeranku..."
-Min Hyo Rin
(dan dialog ini membekas banget di hati saya karena pernah saya ucapkan di dunia nyata)

"Kau terlalu menyilaukan. Aku tidak bisa melihatmu."
-Lee Shin

"Aku rindu padamu. Aku sedang melihatmu saat ini tapi aku masih rindu padamu."
-Lee Shin

Dan ngga pernah gagal nangis kalo nonton yang iniiiiiiiii...

Shin Chae Gyung: "Aku sudah berjanji pada rakyat bahwa aku akan menanggung konsekuensi atas kesalahanku. Jadi aku akan menepati janjiku karena aku Putri Mahkota negara ini."
Lee Shin: "Aku juga. Aku tidak akan menyerah sampe mereka yakin bahwa aku memang tidak bersalah. Karena aku Putra Mahkota negara ini."
(dan baru sadar, caranya Shin nanya,"Hei, kau menangis ya?" ituuuuuu... :D)

Shin Chae Gyung: "Alasan aku bisa bertahan di istana adalah karena Shin-goon, jadi aku ingin berada di sampingmu."
Lee Shin: "Kau tahu, mungkin kedudukanku sebagai putra mahkota akan dilepas..."
Shin Chae Gyung: "Yang aku cintai bukan putra mahkota."
Lee Shin: "Apa? Apa kaubilang?"
Shin Chae Gyung: "Aku mencintaimu. Kalau hatiku terasa sakit, itu karena aku mencintaimu."
Lee Shin: "Kalau kau bersamaku, sayapmu bisa patah..."
Shin Chae Gyung: "Aku tidak peduli, jadi kalau kau ingin aku ada di sampingmu katakan saja."
(waktu nonton ini di rumah, saya bener-bener nangis... T.T)

Lee Shin: "Shin Chae Gyung adalah orang paling bersinar yang pernah aku temui."
Shin Chae Gyung: "Shin-goon adalah orang paling dingin dan kesepian yang pernah aku temui. Tapi kau harus ingat satu hal..."
Lee Shin: "Apa?"
Shin Chae Gyung: "Shin-goon yang sebenarnya adalah orang yang sangat hangat, tulus dan jujur."

Tapi untungnya happy ending :D


^_^

Oiya, sekalian deh, mau spamming gambar-gambar pangeran favorit saya :D

 Ganteng, cool, bikin hati meleleh :))

Dan pangeran ini hobi snapshot pacarnya ternyata :D

Bisa gitu nolak pesona cowok cool yang hobi baca buku? Gantengnya meningkat 20000% brey!! :D


Sudaaaaaaaaaaaaaahhh, sudah cukup berkhayalnya. Ayo ngerjain Bioinfo!! :D

Thursday, June 20, 2013

#curcol

Posted by Icha at 3:46 PM 0 comments
Sekitar empat jam yang lalu saya barusan pulang dari ujian Onkologi yang Oh-My-God-I-don't-know-what-I-just-wrote-on-my-paper, membawa selembar kertas setengah A4 bertuliskan 3 soal ujian takehome yang harus dikumpulin besok (yang untungnya, soal no. 1 dan 2 sama persis plek sama ujian Imunologi semester 1, jadi jawabannya tinggal copas :P) dan masih belum mood nyuci.

Sejujurnya minggu ini terasa merangkak, merayap, slow-speed. Sejak Sabtu minggu lalu badan saya serasa abis dipukulin orang sekampung gara-gara kegep nyulik Jacob Black (apaseh), sakit dan pegel di mana-mana. Minggu malem ketambahan badan panas dan batuk pula. Mana ujian tiap hari bertubi-tubi. Mood jadi kaya dibanting-banting. Pengennya jadi ngeluuuuuuuuuuuuuuuuuuuhhhh terus.

Sesungguhnya saya sadar banget kalau sakit saya ini adalah akumulasi dari cape fisik dan mental karena dua minggu pol diforsir. Dua minggu yang lalu saya ikut acara live-in Biotek Mengabdi di Somokaton, Klaten selama 3 hari 2 malam. Namanya juga di tempat asing dan namanya juga saya, adaptasi selalu jadi bencana. Saya susah makan dan tidur di sana. Malam kedua tidur saya lumayan angler (berdasarkan kesaksian mba Annisa yang jadi roommate saya), tapi yang namanya makan rasanya ngga pernah cocok meski diladeni dan dimasakin sama keluarga homestay yang baik banget. Sabtu sorenya kehujanan dan minggunya tepar begitu sampe kosan. Setelah itu badan saya dihajar tugas-tugas yang tertunda. Laporan Detmol, ujian takehome Bioinfo, presentasi Bioprev (yang sampe sekarang belum jadi maju). Hari Sabtu sore saya tumbang dan jegrah-jegreh batuk sampe sekarang. Heeeeeeuuuuuuuuu...

Di saat seperti ini saya bener-bener kangen hal-hal yang bikin saya bahagia, sebut aja rumah seisinya, keran air panas di kamar mandi, baca novel, nulis diary, nonton film, karaokean di kamar... Sayangnya, namanya juga anak kos, akses ke hal-hal itu jadi terbatas waktu dan dana coy. Jadilah diri ini mencari... Pelarian.

Ups, jangan mikir yang aneh-aneh dulu, sodara pemirsa. Pelarian yang saya maksud hanyalah baring-baring di kasur, nyumpel kuping pake earphone dan dengerin lagu-lagu dari playlist di Keichiro-kun. Part favorit saya adalah dengerin lagu-lagu yang emang sengaja saya pasang, yang punya 'cerita'. Maksudnya lagu-lagu yang jadi soundtrack saya sama si pacar. Hehehe... Dan menerawang kembalilah saya ke jaman-jaman sebelum dan awal-awal jadian dulu. Surprisingly, rasanya masih ajaib kalo inget gimana awal cerita saya sama dia. Dan mengingatnya, me-review-nya, ngga pernah gagal bikin saya mesam-mesem sendiri :)

Apalagi pas hujan kaya gini. Saya sengaja nyetel Suna no Tobira-nya Chemistry tapi anehnya ngga galau sama sekali. Secara barusan dikasih tau kalau ujian TTG part 2 besok akhirnya takehome. Alhamdulillah, akhirnya bisa sedikit nyantai :D

Jadi agenda malam ini mungkin hanya akan membereskan ujian takehome Onkologi dan baca novel :D

Monday, June 17, 2013

Rata-rata

Posted by Icha at 6:58 PM 2 comments
Satu kata untuk menggambarkan saya? Ya judul gede-gede di atas itu.

Muka : rata-rata [centang]
Fisik : rata-rata [centang]
Otak : rata-rata [centang]

Apa lagi ya?

Saya selalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Tanpa sadar. Mungkin efek bawaan lahir. Saya kan sendiri, diarahkan supaya jadi yang terbaik dan itu semacam jadi tanggung jawab pribadi. Tanggung jawab moral. Lalu tanpa sadar kepala selalu mendongak ke atas. Ah bukan, bukan tentang uang, gadget, bahkan pacar. Ini tentang saya dan apa yang saya punya dalam diri saya.

Tanpa sadar saya memasang standar tinggi, meskipun standar saya tidak selalu mereka yang eksis nun jauh di sana. Sederhana saja. Belum bisa masang seprai serapi Mamah, saya merasa masih di bawah rata-rata. Belum bisa ngebalik telor dadar dengan sempurna kaya Mamah, di bawah rata-rata. Belum bisa ngeposting di blog pake bahasa Inggris kaya pacar, di bawah rata-rata. Dan ah ya, saya punya seorang 'idola' yang... Well, katakanlah dirinya memang eksis nun jauh di sana. Di planet antah-berantah di luar jangkauan saya. Seseorang yang jika dibandingkan dengannya, saya jauuuuuuuhh di bawah rata-rata.

Kemudian setelah membaca twit salah seorang sepupu, saya jadi menyadari hal lain lagi.

Untung saya gak cantik-cantik amat. Coba saya lebih cantik. Pasti jadi lebih sombong dan mbencekno.
-N.F.P

Saya nyengir sendiri bacanya, sadar sepenuhnya kalau wajah ini cuma dapat nilai C. Tapi ya, kalau saya cantik, punya bodi langsing, putih, tinggi, akankah saya jadi sombong? Akankah saya dicintai karena fisik dan bukan 'inner' saya?

Lagipula jadi rata-rata ngga buruk kok. Otak saya ngepas, pas banget. Saya bisa minta diajarin mulu sama pacar, belajar bareng sambil minum hot chocolate dan makan wafel. Diajarin lho ya, bukan digarapke tugasnya :P

Wajah dan fisik saya ngepas. Tapi karenanya saya tau siapa yang bener-bener sayang sama saya, sayang sama karakter dan kekurangan-kelebihan saya, bukan semata fenotipik aja. Yang nerima saya meskipun saya hanya rata-rata. Yang masih mau meng-upgrade saya supaya nilai saya ngga selamanya C, tapi bisa jadi B atau bahkan A.

Jadi, rata-rata itu ngga buruk kan?




Tunggu, jawabannya adalah kadang. Rata-rata itu buruk hanya ketika kita menyadari 'rata-rata' itu menciptakan jarak. Membuat kita sadar harus berlari dua kali lebih cepat, berjuang dua kali lebih keras untuk mengeliminasi jarak itu.



*PICTURE FROM HERE

Wednesday, June 5, 2013

Disguise

Posted by Icha at 9:29 PM 0 comments
Jujur itu sulit. Terutama pada diri sendiri.







Ketika hatiku terbakar, harus bagaimana untuk memadamkan apinya?




*Just need some time to figure these things out*




PICTURE FROM HERE

Wednesday, May 29, 2013

Sekilas Info

Posted by Icha at 7:21 AM 0 comments

Pacar : [ngomong pelan-pelan sambil nyengir, becanda] Ke kafe itu stereotype-nya ngga pake rok.

Saya : [ngomong dengan cueknya, muka sok sombong] Sejak kapan pacarmu stereotype? :P


_semua demi ppt Bioprev_





PICTURE FROM HERE

Monday, May 20, 2013

(Poor) Liar

Posted by Icha at 5:40 PM 0 comments
Ketika segala yang saya bilang pada intinya bohong semua.

Ketika semua titik-dua-tutup-kurung yang saya pasang di akhir twit dan sms itu bohong semua.

Ketika 'ngga papa' itu juga bohong semua.

Semoga semua tau itu hanya usaha terbaik saya untuk mengusir ego jauh-jauh.




[I promise you I will learn from my mistakes]

Tuesday, May 7, 2013

Kalau Sudah Ya Sudah

Posted by Icha at 8:59 PM 0 comments
Kemarin meyakinkan diri sendiri, katanya sudah ikhlas, ngakunya sudah ikhlas. Apapun segala kemungkinannya, konsekuensinya, pahit manisnya, plus minusnya bakalan diterima dengan ikhlas, ridho lillahi ta'ala.

Sekarang? Halah, mengeja kata IKHLAS aja ngga bisa. Terbata-bata.

Kalau masih kamu pikirin, namanya belum ikhlas.
Kalau masih khawatir, namanya belum ikhlas.
Kalau kamu takut gimana nantinya, namanya belum ikhlas.
Kalau masih sedih tiap kepikiran, namanya belum ikhlas.
Kalau masih kepengen menghindar, namanya belum ikhlas.
Bahkan kalo kamu masih ngebayangin kejadiannya bakal kaya gimana, itu juga namanya belum ikhlas.

Kalau sudah ya sudah. Kalau memang sudah berniat mengikhlaskan ya sudah. Kalau memang dari awal lebih baik dilepaskan ya dilepaskan saja. Kekhawatiranmu, ketakutanmu, apalah itu, kalau memang sudah berniat melepaskan semuanya ya lepaskan saja. Besides, this is the flavour of life, kamu ngga bisa nambahin gula atau garam sebanyak yang kamu mau.

Kamu bukan external harddisk kapasitas 1 terrabyte. Tanganmu itu kecil. Perasaanmu itu rapuh. Jangan sok bisa menyimpan semuanya sendirian. Kalau manusia bisa sehebat itu, terus kenapa Allah menyuruh kita minta dan berdoa?

It is time to put everything back to Allah's hands. Allah tau level takutmu, sedihmu, khawatirmu. Ngga usah ngeyel, buat Allah ngga ada yang mustahil.


http://24.media.tumblr.com/tumblr_md8ae4AWDg1rz4a56o1_500.jpg

Kalau sudah ya sudah.
Kalau sudah ngga bisa berbuat apa-apa,
biar Allah saja yang membereskan semuanya.



p.s. Nanti malam jangan lupa sholat tahajjud ya :)




*PICTURE FROM HERE

Monday, April 22, 2013

Undefined

Posted by Icha at 10:55 PM 0 comments
Yak, itulah tema malam ini.

Undefined mood. Sejak terbangun dalam keadaan betis pegel tingkat dewa tadi sore, rasanya ini badan sama pikiran ngga tau maunya apa. Ngenet sana-sini ngga jelas, akhirnya mutusin buat ngoreksi laporan anak-anak asistenan, melawan mood yang sedatar tripleks. Dua belas laporan selesai dalam waktu kurang dari 1 jam. Pencapaian yang lumayan untuk kondisi mood semacam itu.

Undefined feelings. Oke, coret bagian ini. Feelings saya defined kok. Today I feel quite happy, a bit excited juga soal penelitian buat tesis, responsi yang baik-baik saja (mau gimana lagi emangnya), bisa tidur sore meski kelamaan, sempat gerimis sebentar, dan hal-hal kecil lainnya.

Undefined thoughts. Nah ini. Mood yang flat bikin pikiran melayang-layang ngga jelas juga. Pindah dari satu hal ke hal lain dengan cepat, menangkap segala sesuatu dan dengan gampangnya mikir yang absurd-absurd, dan yang paling ngga ngenakin, menembus segala ruang dan waktu. Yep, jadi kangen rumah, kangen kebiasaan-kebiasaan lama, flashback ke cerita-cerita lama dan tanpa sadar seperti ngeliat diri sendiri dalam versi lama. Bagian yang terakhir itu yang agak-agak gimanaaaaa gitu rasanya.

Mana lagunya pas itu nampol banget. Franklin-nya Paramore.

Could you help me push aside all that I left behind...?

Di bagian ini saya dicecar pertanyaan. Bingung gimana mau jelasinnya, bingung gimana mau cerita. Namanya juga manifestasi mood yang menggeje. Bukan hal serius tapi kedengeran jadi serius. Kebiasaan.

Tapi seneng juga sih, at least saya tau pacar masih nyempetin nanya keadaan saya di tengah kerjaannya. Well, how could I not like him? :)

Tapi terus mata saya jadi ngga mau ngantuk gara-gara tidur kesorean, padahal besok kuliah pagi. Semoga seiring semakin habisnya susu coklat di gelas, semakin kiyep pula mata saya...

Monday, April 15, 2013

Yang Dicari, Yang Ditemukan

Posted by Icha at 6:44 PM 0 comments
Bagaimana rasanya jika
yang dicari ada tepat di hadapan,
yang diinginkan ada dalam genggaman,
yang ditemukan bersinar terang di antara jutaan?

Kamu ada.
Dan itu cukup buat saya.

^_^



[The day when I sense you, I feel your presence everywhere]





*ngeposting sambil nunggu sms :P*

Friday, April 12, 2013

Partner Terbaik Sepanjang Masa

Posted by Icha at 6:29 AM 0 comments
Untuk partner terbaik sepanjang masa, Astri Ariyani.
Otsukaresama deshita...


Itu penggalan dari Halaman Persembahan di skripsi saya jaman dahulu kala. Dari cukup banyak orang yang saya sebutkan, manusia nyeleneh satu ini punya tempat khusus di hati saya. Bukan hanya bertitel sahabat, she proves me even more :)

Awal saya denger nama Astri Ariyani waktu pembagian Pembimbing Akademik pas ospek, saya ngga ngeh orangnya yang mana. Bukannya apa-apa, namanya ngga remarkable. Wkwkwkwk... Nama, secara pribadi punya makna khusus buat saya. Kalau namanya aneh, langka, atau menimbulkan sensasi khusus di telinga, saya bakalan punya feel khusus juga ke orang itu. Hahaha... Malah jadi mbleber to ceritanya :P

Kembali ke seorang Astri, saya baru tau wujudnya setelah mengamati sekitar, menemukan seorang cewek bernama Euis dan menemukan lagi seorang cewek berkacamata yang selalu ngintilin Euis. Ooohh, itu to Astri, saya membatin. Makin tau ketika di BIOSPHER dia menjabat sebagai dedengkot kelompok Rosaceae yang terkenal dengan yel-yel mereka yang kontroversial. Hahahaha... Kami ngga langsung akrab seketika. Bahkan sejujurnya saya lupa proses yang kami lalui sampai bisa jadi lengket kaya sense sama antisense strand :))

Selama 4 tahun jadi mahasiswa S1, saya dan Astri (yang kemudian saya panggil Achrid, dan dia manggil saya Icrut) jadi sahabat, tentunya bersama 3 orang yang lain: Hanum, Dea, Euis. Secara kesukaan, kami sangat sangat cocok. Suka tukeran rekomendasi film dan lagu-lagu. Beberapa lagu dan film yang jadi kesukaannya Achrid sekarang adalah hasil dari bujuk rayu dan jampe-jampe yang saya lancarkan kepadanya. Contohnya Pride and Prejudice sama Nakushita Kotoba. Itu kalo bukan saya yang nularin ngga bakalan doyan dia. Wkwkwkwk... :P

Ternyata persahabatan kami ngga cuma berhenti di duduk di kelas, jadi praktikan, hangout di bioskop, atau nongkrong di kosan Hanum, karena nyatanya Allah mempersatukan kami dalam sebuah fase kehidupan bernama skripsi. Di satu sisi ini gift, tapi di sisi lain ini curse. Gift karena Achrid adalah sahabat saya, saya tau banget siapa dia, gimana orangnya, keahliannya dan kami ngga akan susah untuk saling beradaptasi. Tapi ini juga curse karena Achrid sama saya sifatnya 95% sama. Kami ini sama-sama keras orangnya, moody, high temper pula. Sempat kepikiran, bisa ngga ya kami bekerja sama untuk sesuatu yang istilahnya menentukan hidup mati kami berdua?

Saat itulah, saat skripsi itulah saya tau bahwa sahabat sejati itu memang benar-benar ada. Bahwa sahabat sejati itu juga suatu bentuk soulmate. Dan yang namanya soulmate akan selalu mengimbangi, menyamakan langkah. Saya dapatkan itu dari Achrid. Ketika saya lagi galau-galaunya ngeliatin data yang jelek, kesusahan nyari referensi, atau mikirin nasib skripsi yang serasa mentok, Achrid akan dengan senang hati menyemangati. Ketika saya lagi high temper, ngomel-ngomel gara-gara diBHP (diBeri Harapan Palsu) sama dosen pembimbing, Achrid yang akan ucluk-ucluk deketin, nyengir lebar dari Sabang sampai Merauke, nepuk pundak saya dan bilang,"Ikhlas aja, Cha! Santai, santai!". Bahkan ada dua kalimat yang diucapkan Achrid yang masih tertanam di otak saya sampai sekarang.

"Kita ini ibarat masuk ke lobang, Cha. Dan kita ngga bisa manjat keluar.
Jadi satu-satunya cara adalah kita harus survive di lobang itu."

Itu kalimat yang dia ucapkan ketika kami serasa 'terjebak' dalam penelitian buat skripsi kami. Ya, dia menyadarkan saya. We made our choice, we had to be ready to take the consequences. Toh kami sama-sama. Berjuang sama-sama, berhasil sama-sama, gagal juga sama-sama. Dan tentu kami bakal berjuang untuk berhasil sama-sama.

Yang kedua, dia bilang,

"Bukan karena semuanya baik maka kita tersenyum.
Tapi kalau kita tersenyum, maka semuanya akan menjadi baik."

Nah, yang ini ngga ada penjelasannya. Jadi bahagia dulu, maka sepanjang hari kita akan dipenuhi kebaikan ^_^

Selama 4 tahun lebih bersahabat sama Achrid, bukan berarti selama itu hidup kami adem ayem aja. Ada masanya kami berantem sampe diem-dieman. Ada masanya kami jengkel satu sama lain. Kami punya komitmen (jangan salah, sahabat juga ada komitmennya :P), kalo kami bermasalah satu sama lain, masalah itu harus diungkapkan secara jujur dan langsung ke objeknya. Dan itulah yang selalu kami lakukan, langsung ngomong frontal di depan muka. Tapi habis itu kami selalu bisa saling memaafkan dan kembali jadi teman, plus, yang paling penting, tanpa mengungkit yang sudah-sudah. Achrid pernah ngomelin saya yang suka ngomong nyelekit dan saya terima itu. Sesudahnya? Ya udah, saling minta maaf dan biasa lagi. Bercanda lagi, ejek-ejekan lagi, nongkrong bareng lagi, ngelebay lagi :D

Dan alhamdulillah, akhirnya kami bisa keluar sama-sama dari 'lubang neraka' itu... :D

Lalu sekarang kami menjalani kehidupan masing-masing. Dia dengan kerjaannya, saya dengan keruwetan kuliah dan galau akademik. Tapi kami masih suka saling ngenyek di twitter, saya masih suka ngecek update-an blognya, dan kami masih menggunakan kosakata-kosakata endemik yang jadi trademark kami semasa S1. Saya juga bersyukur masih jadi orang yang disambati ketika Achrid butuh temen curhat. Seneng rasanya denger perubahan suaranya yang tadinya berat karena banyak pikiran terus jadi enteng setelah telponan ^_^

Sampai sekarang pun Achrid adalah salah satu sahabat yang unik dan 'ajaib' buat saya. Dia cantik dengan caranya sendiri, bersinar dengan caranya sendiri. Meskipun dia 'ipel-ipel' (hehehe...), keceriaan dan polahnya yang udah kaya kutu loncat bikin dia selalu keliatan shine bright pake lemon, eh salah, shine bright like a diamond. Achrid juga identik dengan kegigihan dan kerja keras. Mungkin dia adalah orang yang paling gigih, tekun, sekaligus keras kepala yang pernah saya jumpai. Tipikal cewek yang biar di-tackle berapa kali, dijomplangin berapa kali, biar sampe bengep di sana-sini, dia bakalan ngga menyerah. Kadang saya mikir, kalo manusia lain diciptakan dari tanah lempung, jangan-jangan anak ini diciptain dari batako saking keukeuhnya :P

Achrid, sahabat saya yang punya mimpi saaaaangat banyak. Desainer (dan saya selalu inget cita-citanya berfoto dengan gaya gothic, yang bikin saya ikutan ketularan kepengen foto bareng dia pake baju gothic lolita), chef (sumpah, anak ini masakannya ENAK BANGET), scientist (saking cintanya sama lelembut bernama mikrobia), penulis (nih nih, tulisannya bisa dibaca di sini), dan jadi ibu (and I believe she'll be a very funky mommy for her kids, insya Allah). Saya yakin kegigihan dan ketekunannya akan membawa dia menuju SEMUA mimpinya. Kalo lo baca ini Chrid, wajib ngaminin yang kenceng!! :D

Jadi boleh lah ya, saya kangen manusia yang satu ini...



So, gw ngeposting ini karena gw udah mulai masuk tahap per-tesis-an. Dan gw kangen sama elo, kangen nyekripsi bareng elo. Kangen jadi BoKer (a.k.a BOcah KEReta), ngejar mas-mas Tomingse, berimajinasi ada di dunia Lord of The Ring, manjer dosen pembimbing sama-sama, pontang-panting ngejar tanda tangan sama-sama, dan melangkahkan kaki keluar kampus sama-sama. Doain gw yaaa, semoga di skripsi jilid 2 ini gw nemuin partner yang sama baiknya sama elo. Semoga semua berkah pokoknya. Kangen kangen kangen :*
 

Confessions of A Not-It Girl Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea