Friday, June 5, 2009

Tak Harus Luar Biasa

Posted by Icha at 10:11 PM 0 comments



Jumat malam (05062009), sebenernya saya udah ngantuk banget. Tapi jam 9an, Mama ngirim SMS, ngingetin kalau malam ini ada acara favorit kami berdua diputar di tivi: Final Pemilihan Miss Indonesia 2009. Saya sama Mama emang suka banget nonton acara ini. Setiap kali ada pemilihan putri-putrian model begini, ngga pernah absen rasanya saya dan Mama mantengin tivi. Padahal keputusan final kepala siapa yang bakal dipasangi mahkota bisa jadi baru diumumkan tengah malam, tapi ngga urung kami jabanin juga.

Tujuan utamanya sih, bukan sekedar ngomentarin tampang cantik para finalis. Sesi favorit saya dan Mama adalah sesi pertanyaan. Tau lah, para finalis yang terpilih masuk 10 besar dikasih pertanyaan dari juri atau teman sesama finalis dan mereka harus memaparkan jawabannya dalam waktu yang sudah ditentukan. Pertanyaannya bisa macem-macem. Tentang pariwisata, perempuan, politik sosbud, apalah yang lain. Dan biasanya pertanyaan yang diberikan menyangkut peristiwa-peristiwa yang sifatnya kontroversial. Kadang pertanyaan juga sifatnya simpel aja, tergantung siapa yang memberi pertanyaan.

Bagian favorit saya, kalau finalis ditanya tentang pertanyaan yang simpel tapi menuntut jawaban yang filosofis, diplomatis, plus puitis (halah.....), such as "siapa orang yang paling memberi inspirasi dalam hidupmu?", "akan jadi apa dirimu lima tahun ke depan?", dan semacemnya. Karena pada dasarnya saya suka segala macem ungkapan yang bahasanya agak berat (baca: puitis asli parah!!), saya suka getem-getem kalau jawaban finalis ngga sesuai harapan. Misalnya aja ngga nyambung, kedengaran plin-plan, atau tata bahasanya berantakan. Kalau kejadian gini emang bukan berarti finalisnya bodoh, sih. Nervous gara-gara 'dipaksa' ngomong di depan juri, disaksikan Miss World/Miss Universe, plus orang se-Indonesia, belum ditambah tekanan waktu yang singkat dan tuntutan mengambil hati para juri bisa jadi faktor eksternal yang mempengaruhi kualitas jawaban.

Sejujurnya saya ngga terlalu terkesan dengan finalis yang punya kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata, punya banyak embel-embel gelar akademis yang nempel di depan dan belakang namanya, atau berwajah cantik blasteran. Saya juga ngga terlalu alert dengan bodi semampai putih langsing tinggi. Bagi saya itu bukan modal utama jadi Miss atau Putri yang layak dapat mahkota. Kenapa? Karena hal-hal yang saya sebutkan di atas bisa dipelajari oleh semua orang. Kalau mau, semua cewek di dunia pun bisa jadi seperti itu.

Lha terus, bagian mana yang mestinya dinilai lebih supaya bisa jadi Miss/Putri yang sebenarnya?

Jawabannya: kemampuan menghadapi life emergency. Gampangnya, in this case of course, menjawab pertanyaan dengan cepat sekaligus tepat dan ujung-ujungnya mampu 'merayu para juri' sehingga mereka berkenan merelakan mahkota ngejongkrok di kepala finalis yang bersangkutan. Hehehehe..... Ngga deng, becanda....

Nah, kembali ke jalan yang benar, bagian seriusnya adalah gimana mereka bisa menghadapi tekanan hidup yang sebegitu beragamnya dengan tetap menunjukkan wajah yang ramah, senyum manis, body language yang elegan, dan pastinya kalimat-kalimat cerdas yang menunjukkan bahwa merekalah putri yang sebenar-benarnya. Artinya ini berlaku ya ngga di atas panggung thok, tapi juga di luar acara-acara socialite yang saat itu mereka lepas dari gelar putri. Kasarannya gini lah, ngga ada gunanya punya sepuluh gelar kalau bawaannya panik dan gampang emosi menghadapi tekanan dunia kerja, dunia pergaulan, apalagi kalau ntar jadi Putri beneran. Ngga ada gunanya wajah cantik kalau langsung cemberut saat dapat kritikan pedas.

Ngga cuma sesimpel itu. Kemampuan mengambil keputusan, memberikan win-win solution adalah sesuatu yang mutlak dimiliki seorang Putri. Yang terpenting, kebaikan hati, kerelaan untuk beramal, dan semangat memperbaiki diri, serta memperkokoh iman adalah modal utama. Semuanya itu ngga bisa dipelajari secara formal. Ngga ada di kurikulum sekolah atau kampus mana pun di dunia. Harus kita yang mau belajar. Harus kita yang punya semangat berubah. Kemampuan kognitif apalagi bentuk badan, wah, itu sih, nomor kesekian. Putri sejati, bukan luarnya yang dicari, tapi apa yang tersembunyi tapi takkan bisa tertutupi.

So, ngga harus jadi luar biasa untuk jadi seorang Putri. Karena setiap cewe bisa jadi Putri. Bahkan, kita pun bisa!! All you have to do is let yourself shine. Show your light to the people around you!! ^_^
 

Confessions of A Not-It Girl Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea