Tuesday, January 14, 2014

Ally

Posted by Icha at 9:21 AM 0 comments
Sometimes we only need to hear one sentence, a simple sentence. So simple that when we hear someone says it, we don't even need to know if (s)he really mean it or not.

Whatever you do, I will get one step behind you.


Ah, you just need to say this. And be my ally.

Sunday, January 5, 2014

Antara Saya dan Belajaaaaaaaaarr

Posted by Icha at 9:12 PM 0 comments
Doa sebelum mulai posting: Semogaaaa yang baca ndak keburu irritated baca judul postingan saya kali ini :D

Kalau mau cerita tentang saya dan belajar, sepertinya harus ada adegan flashback ke 18 tahun yang lalu, saat saya masuk kelas 1 SD. Jaman TK kan saya ndak pernah belajar. Hahaha... Mulai masuk SD barulah siksaan tujuh huruf itu dimulai.

Siksaan? Hmm... Let's see. Selama SD, yup, selama 6 tahun, saya benar-benar dikerasi soal belajar. Mamah sama Papah kompak menerapkan disiplin yang luar biasa. Jam 7 sampai jam 9 malam wajib duduk di depan meja belajar. Televisi di ruang keluarga mati. Saya wajib duduk mengerjakan soal-soal mata pelajaran keesokan hari di sekolah. Satu poin lagi, malam hari tidak ada mengerjakan PR. PR sudah harus dikerjakan sepulang sekolah. Selama 6 tahun begitu. Kebayang kan, setresnya kaya apa? Tapi terbayar sih semua kerja keras itu, selama 6 tahun saya ndak pernah terdepak dari 3 besar di kelas. Lumayan, ndak bikin orang tua malu tiap ambil rapot :p

Beranjak ke jaman SMP, yang terjadi justru kebalikannya. Saya sama sekali ndak pernah belajar. Sama sekali. Tiap hari kerjaan cuma ngurusin cowok, nonton tipi, nggosip ama temen-temen dan sepupu-sepupu. Ketebak, track record saya waktu SMP jelek sekali. Pelajaran makin susah, sayanya ndak pernah belajar, makin ndak ngerti. Untung waktu mau ujian nasional saya insaf. Ikut bimbel dan mulai rajin belajar. Alhamdulillah bisa lulus juga dari SMP.

SMA, bisa dibilang ini turning point. Yup, hanya karena mamah bilang,"Mba, udah SMA lho. Habis ini kan mau kuliah. Kalau mau kuliah di universitas yang bagus, nilaimu harus bagus dari sekarang". Yak, langsung tobat, insaf yang sebenar-benarnya. Jadi sregep setengah mati. Apalagi di SMA dulu saya dianggap remeh karena pindahan dari kota kecil. Saya ndak bales ejekan-ejekan itu, cukup waktu ujian nilai saya paling tinggi. Bungkamlah mereka semua. Apalagi waktu kelas dua SMA, datanglah seseorang yang kemudian jadi rival sejati saya di sekolah. Ditaro sekelas pula, jadilah makin semangat. Buat orang yang 'panasan' (baca: berjiwa kompetitif tingkat dewa. #tsaaaahh) kaya saya, dapet sparing partner dengan kemampuan yang sama (sama-sama panasan, sama-sama susah kalah) itu rasanya menyenangkan sekali. Kaya punya alasan tambahan untuk mengejar nilai bagus :))

Waktu S1, saya masih jadi anak rajin, tapi berbeda dengan semasa pake seragam, saya sudah bisa menentukan irama belajar sendiri. Apalagi ada kewajiban praktikum, pretest, responsi, tugas, organisasi, dan sebagainya. Belajar segala gaya rasanya jadi bisa. Semakin tambah semester, semakin tau diri ini sukanya apa, minatnya ke mana. Mata kuliah lingkungan, dapet B sudah di luar ekspektasi, mata kuliah tumbuhan sama mikrobia diusahain nilainya bagus biar transkripnya bagus, tapi kalau mata kuliah hewan, ndak ada ampun harus dapet A!!

Sampai lulus S1, saya merasa udah nyaman sama definisi 'belajar' saya selama ini. Tapi semua itu terpatahkan ketika saya masuk S2. Bukan ketika masuk sebenarnya, tapi ketika saya ketemu orang yang sekarang jadi pacar saya.

Urusan otak, seisi dunia tau betapa jauh beda level saya sama Mas Radif. Sampai detik ini ndak keitung berapa kali saya minta diajarin sama dia, mulai dari rentetan reaksi senyawa-senyawa di BMS sampai mekanisme transcription factor di genetika molekular. Mulai dari minta dijelasin metode di jurnal yang ruwet sampai bikin presentasi yang enak diliat. Pokoknya urusan belajar, saya jadi semacam Aihara Kotoko di Itazura na Kiss, terbirit-birit mulu ke pacar. Efeknya keliatan sih, saya sedikit demi sedikit terlepas dari jeratan kebodohan. Hahaha... Tapi di sisi lain, selain bangga dan seneng, ndak keitung juga berapa kali saya serasa bengep digampar sendal jepit.

Menemukan orang seperti Mas Radif membuat saya berpikir, dari SD sampai S1 saya ini belajar untuk apa. Saya selama ini belajar, tapi saya tidak pernah benar-benar mencintai apa yang saya pelajari. Saya belajar hanya untuk memuaskan ekspektasi orang-orang di sekitar saya: untuk mereka yang mau melihat rapot saya bagus, menggembar-gemborkan saya rangking satu, mereka yang ingin pamer kalau anggota keluarga mereka lulus cum laude. Efeknya, saya hanya mempelajari apa yang ada di depan mata karena hanya itu yang saya anggap penting. Saya jadi tidak terbuka pada ilmu-ilmu lain, dan yang lebih parah, saya ndak tau apa yang benar-benar saya suka dan inginkan. Damn, seketika saat saya menyadari itu, saya merasa jijik pada diri sendiri. Serius.

Lalu saya melihat Mas Radif, someone so close yet so different from me. Dia permah bilang, dia suka belajar karena bagi dia ilmu itu sebuah investasi. Saya ndak bisa ndak setuju. Bagaimanapun juga, orang yang pengetahuannya makin luas akan makin bisa berbaur di dunia yang tidak sempit dan dangkal ini. Dia belajar karena haus ilmu, karena takut tergilas, tertinggal oleh akselerasi dunia. Itulah kenapa dia tertarik pada banyak hal, belajar banyak hal, lalu menguasai banyak hal. Broad and deep. Lalu saya melihat diri sendiri dan menemukan seekor katak dalam tempurung. Masa titel saya sarjana biologi tapi dia lebih banyak tau soal biologi dibanding saya. Ya ampun, maluuuuuuu banget. Belum lagi liat pencapaiannya yang keren-keren, hasil belajarnya selama ini. Duh, saya ini baru sampai di level mana?

Fortunately, dia bukan seseorang yang punya ilmu tapi dipek dhewe, disimpen sendiri. Ndak pernah sekalipun menolak permintaan saya untuk online messenger semalam sebelum ujian supaya bisa belajar bareng dan nanya-nanya, mau jelasin jurnal seruwet apapun ke saya, dan ngasih saya banyak bacaan bagus. Barusan dia ngasih saya link open course dan whoaaaaaaaaaa... Keren-keren!! Jadi kepengen belajar lagi, belajar biologi lagi karena ternyata banyak hal yang belum saya kuasai waktu S1 dulu :D

Setiap melihat dia, saya otomatis mengingatkan diri untuk mencintai belajar, mencintai apa yang saya pelajari. Dan pastinya ngurangin males. Meski yang ini agak sulit. Hehehe... Dia mengajarkan pada saya bahwa belajar bukan untuk menyenangkan siapa-siapa kecuali diri sendiri. Bukan juga untuk dapat predikat 'dengan pujian'. Ilmu itu investasi, yang ditabung untuk nantinya diajarkan. Pada siapa? Ya yang dekat-dekat dulu, keluarga, anak cucu, lingkungan.

Well, I don't know how far I've already improved myself. Saya cuma mau jadi Icha yang sedikit lebih tidak cupet. Sesederhana itu kok. Itu juga yang jadi resolusi saya tahun 2014 ini. Berbuhung ini postingan pertama di 2014, saya mengucapkan selamat tahun baru, semuanyaaaa. Minna akemashite omedetou. Kotoshi mo yoroshiku onegaishimasu!! ^_^

Saturday, November 9, 2013

Finding Myself

Posted by Icha at 10:09 PM 0 comments
Tonight, on this partly-cloudy Saturday night, I stay in my room. Same as the other Satnites actually. Hahaha... I don't feel galau or even envy those who stay out and probably have dinner with their lovers however. I had a very delightful Saturday afternoon with Mas Radif, we had delicious meals for lunch and simple chit-chat. Then before he went home, he said,"Just take some time for yourself," and some words including contemplation, self-reflection and other stuff. I thought he was right and here I am, enjoy my Satnite, being comfort with myself. Oh, of course accompanied by some Japanese songs :)

Well, I agreed to take some time and contemplate tonight, but I can't say that I really do contemplating. However, there was a moment when I check on my cousin's facebook and opened her Soundcloud link. She already covered two songs and they were awesome. After listening to her cover songs, I did a mini-karaoke and recorded my own voice. The result was horrible. No, there was no problem with the voice recorder on my phone. My voice was the one which sounds horrible. And right after listening, I decided to delete it. Hahahaa :))))

That moment, I started thinking about myself and what talents that I really had. Guess I envy multi-talented people. Seems like they do anything so easy. Up until now, I just don't know what I'm good at. I love singing but in fact my voice is a complete disaster. I remember the moment I sang a song at my uncle's wedding. I got a very big applause, but when I think about it right now, I suppose they just flattered me. I love writing but I haven't ever written a complete story yet. My plots are always stuck in the halfway and it's hard to find any other idea to continue the story. Ckckckckck...

And let me tell you one thing. I have to push myself really hard to write this post in English. #sigh

I believe every person has been gifted of something. I only need to find my own gift. Well, maybe start from posting a blog entry in English, cooking something delicious for my beloved ones, or reading more books and research articles. The most important thing is, I should be happy in my journey of finding myself. I've got precious people who kindly accompany me in through this journey. Can I expect something better? :)

Oh, besides, life is a slow and deliberate process anyway. Thanks to Mas Radif who reminds me this :)



p.s. I don't know where he citated the last quote :p

Tuesday, November 5, 2013

Sparks

Posted by Icha at 7:50 AM 0 comments
So how do I start? From where and when did I start? I couldn't even remember.

I don't know how many things about him that everyone else knows. I don't know how many things about him that I don't know. But I am happy to be the one who always care about him, although sometimes I am just too lebay in showing my affection. I am happy to be the one who get impressed by little things he's done for me. To be the one he always care about, when I am upset or about to cry, when I become sensitive or even getting dehydrated, when I had a fever or a heartache. I am happy he always notices.

All those moments, those random thoughts that constantly coming in my head whenever I lie awake but with closed eyes, create beautiful sparks. Like a firework, reminds me of the overwhelming joy at Lebaran eve. I love recalling those happy thoughts over and over every night, though I still cannot remember when the sparks appear for the first time.

But just like he always says, I don't see it coming. It just happens :)

Sunday, October 13, 2013

Golek Perkoro

Posted by Icha at 8:35 AM 0 comments
Saya tau siapa yang masang komen berlabel anonymous di postingan itu. Dan rasanya kepengen nyabut pohon kelapa njuk dilempar ke manaaaaaaaa gitu.

Untung sekarang saya ada di tempat yang deket banget sama laut, jadi gampang nyari pohon kelapa.

Jadi harap jangan dekat-dekat kalau ngga mau kena sambit pohon kelapa!!





Lagian, udah tau bakalan bikin marah, masih diliat juga.
Dudul.

Prestasi

Posted by Icha at 8:16 AM 0 comments
Saya sering sekali mencoba membaca pikiran orang-orang saat duduk di suatu tempat yang ramai. Duduk di ruang tunggu bandara, perpus, tempat makan, fotokopian, lobi kampus, di kelas, lalu mencuri-curi pandang ke arah semua orang di ruangan itu, semacam scanning, melihat apa yang mereka lakukan, dan mencoba menebak apa yang mereka pikirkan.

Em, mungkin dari semua kemampuan khusus yang dimiliki keluarga Cullen, yang paling atraktif buat saya adala kemampuan Edward. Saya selalu ingin bisa membaca pikiran orang lain. Saya ingin tahu apa yang orang lain pikirkan tentang saya, karena sejujurnya saya sudah terlalu sering menghadapi orang-orang bermuka tidak cuma dua. Di sisi lain sebenarnya saya juga kerap bermuka banyak menghadapi orang-orang hanya karena tahu saya memang tidak bisa menampilkan wujud asli saya di depan mereka. Normal to? Hahahaha :)) Makanya pengen bisa membaca pikiran orang, biar tahu kepada siapa saya bisa menunjukkan wujud asli :p

Anyway, rasanya selalu menyenangkan menebak-nebak apa yang dipikirkan orang lain tentang saya, tentang sekitarnya. Semacam main detektif-detektifan, mengajukan berbagai praduga, walaupun pada akhirnya tidak ada satu pun dari praduga itu akan saya konfirmasi. Pada akhirnya apa yang sesungguhnya ada dalam pikiran orang-orang itu tidak pernah terbongkar. Tapi saya sungguh menikmati kegiatan yang ngga penting itu. Yah, tentunya dengan menanggung risiko kontroversi hati karena campuran khusnudzon dan su'udzon :p

Lebih menyenangkan lagi ketika tebakan-tebakan saya ternyata benar. Rasanya seperti prestasi mengetahui apa yang orang lain pikirkan tentang saya persis seperti apa yang saya perkirakan. Apapun yang mereka pikirkan tentang saya, apakah baik atau buruk, saya akan memikirkannya belakangan. Mengetahui bahwa saya mendapatkan kebenaran dengan cara saya sendiri, melalui intuisi dan tebakan saya sendiri, rasanya 'wah' banget. You know I'll take the truth at any cost dan terlepas dari apa kebenarannya, saya selalu melakukan selebrasi pribadi untuk prestasi saya itu.

Di sisi lain, ketika perasaan saya bisa ditebak dengan tepat oleh seseorang, saya ingin memberi penghargaan buat orang itu. Di mata saya, apa yang mereka lakukan adalah sebuah prestasi. Meskipun saya orangnya terlampau blak-blakan, sorry to say, hanya ada kurang dari satu persen penduduk dunia ini yang memahami dan bisa menebak dengan tepat apa yang saya pikirkan dan rasakan. Dan penghargaan hanya pantas diberikan untuk mereka yang bisa melihat menembus 'muka banyak' saya. And the appreciation is even bigger when, despite what I think or feel, they still love me.

^_^

Friday, October 4, 2013

04102013

Posted by Icha at 8:10 PM 0 comments
Bagian terbaik hari ini bukan dijemput di kosan.

Bukan formulasi di lab sambil becandaan.

Bukan jejeritan waktu main Cut the Rope.

Bukan makan ramen sama teman-teman segrup penelitian.

Bukan ngobrol geje di kosan sampe azan maghrib.

Bahkan bukan karena hari ini adalah hari ini (if you know what I mean :p).

Bukan juga karena mendadak ditelpon, disuruh keluar kamar.

Bukan pake kerudung dan jaket secepat kilat, lalu lari ke depan kos sampe nyaris kepleset.

Bukan menyadari kalau langit malam ini lumayan bagus.

Tapi bagian terbaik hari ini adalah ketika saya mendongakkan kepala, menatap langit dengan mulut setengah menganga, lalu saya mendengar suara orang lewat berkata,"Gek ndelokke opoooo kuwi..."

Saya ngga peduli. Perhatian saya tetap tertuju ke langit.

Sejurus kemudian saya membayangkan beberapa kilometer dari tempat saya berdiri saat itu juga ada seseorang berhenti di pinggir jalan (atau mungkin sedang mengayuh sepedanya :D) sembari mencari-cari sesuatu di langit, dan kemungkinan besar diliatin orang juga. Saat itulah keyakinan saya akan suatu hal meningkat dari seratus persen jadi seratus ribu persen.

                 "Yang lazim dari kita? Memangnya ada ya?"

^_^

Wednesday, September 18, 2013

I Choose to Be Wise

Posted by Icha at 8:28 AM 0 comments
Sometimes we think we need to ask, in order to know something.
But some other times, we think we just need to stop asking. Just close our mouth and let the answers come to us by themself.
And that's because we already know the answers, but we're afraid to hear them.



And I choose to be wise. I'd better stop asking. It would be so much better to know nothing than get mad after I hear the answer.

Bingung

Posted by Icha at 7:33 AM 0 comments
Terbangun pagi ini dengan massive emptiness yang penyebabnya masih belum teridentifikasi. Bukan galau, hanya kesepian dan kebingungan yang membingungkan. Dan karena itulah saya berencana memecahkan rekor dengan bikin 3 postingan dalam 12 jam (yang entah bakal beneran jadi 3 atau ngga). Menggila? He'eh. Lha wong bingungnya aja menggila sampe sempet bikin migren begitu :/

Hari ini saya bingung mau ngapain. Paling banter, nyelesein urusan usung-usung barang. Terus ambil kembalian uang bench fee. Abis itu ngerencanain agenda ngelab. Selebihnya bingung. Oiya, masak sarapan, nyuci, beberes, baca jurnal, sebenarnya banyak hal yang bisa saya lakukan dengan asyik. Kalau saya ngga sedang... Bingung.

Oh dan saya masih punya utang satu cerita ke pacar. Cerita yang membingungkan karena ngga tau harus saya mulai dari mana. Lebih gampang menceritakan keadaan jalan depan kosan daripada menjelaskan bagaimana suasana hati saya kemarin malam.

Huuuuuuuuuuuuuuuummmpppphhhhh... Geje.

--------------------***--------------------

Saya benci ketika secara otomatis ingatan memanggil perasaan tidak enak di masa lalu, yang kemudian mengantar saya kepada massive emptiness yang menyebalkan. Ngga enak aja gitu, just sit and feel soooo emotionless. Dan kemudian jadi sensitif terhadap hal-hal kecil, menganggap semuanya jadi biang kerok penghancur segala rencana yang sudah disusun sedari kapan tau. Saya benci ketika diri ini menolak untuk belajar bahwa ada saat-saat di mana kita hanya akan menjadi dewasa dengan menahan diri dari sesuatu yang kita inginkan. Yang sulit adalah menahan diri dan pikiran dari kebiasaan-kebiasaan yang sudah mendarah daging, kalau tidak melakukannya sehari terasa ada yang kurang. Tapi kalau menahan yang seperti itu saja tidak bisa, bagaimana mau menahan yang lain-lain?

Yaaaaaaaaaaaaahhhh, anggap saja ini saatnya saya untuk... Menahan diri. Mengingat terakhir kali saya berusaha menahan diri jadinya malah berantakan, kali ini saya akan berusaha lebih baik. Asalkan ngga menghalangi jalan orang, ngga menghalangi mimpi orang lain, saya rasa saya sudah bisa dikatakan berhasil.

--------------------***--------------------

Untungnya selalu luluh melihat orang-orang yang saya cintai muncul dengan begitu rendah hati, ngucapin met pagi, menyapa dan menanyakan kabar mood saya. Yang masih berusaha bikin saya ketawa walau mungkin ketawanya sedikit dipaksa. Yang masih mau ngusilin saya sehingga biarpun marah, saya tau saya masih digatekke. Bahkan di saat-saat massive emptiness melanda seperti ini, saya masih punya orang-orang yang patut disyukuri keberadaannya.

Oh dan saya masih punya satu hal yang bikin saya excited. How's your day so far, Milady? :))
 

Confessions of A Not-It Girl Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea