Sunday, September 8, 2013

Teori Relativitas

Posted by Icha at 11:52 AM
Baru di S2 ini saya belajar tentang Teori Relativitas.

Saya belajar bahwa cantik (karena saya cewek) itu relatif. Cantik bagi satu orang bisa sama dengan buruk rupa bagi orang lain. Wajah dan fisik adalah hal paling relatif di dunia, mustahil dipukul rata. Saya ngga tau definisi cantik yang absolut itu seperti apa. Putih? Tinggi? Langsing? Mancung? Apakah cantik itu cuma dilihat semata karena muka? Terserah pendapat dan penilaian orang seperti apa, yang jelas bagi yang sungguh-sungguh paham Teori Relativitas, mereka tidak akan lagi memaksakan kecantikan. Punya dua mata, satu hidung, satu mulut, dua telinga dan semua fiturnya baik sudah lebih dari cukup.

Saya belajar bahwa pintar itu juga relatif. Sesuatu yang tidak hanya diukur dengan indikator kapasitas kognitif, asal bisa ngitung beres perkara. Bahkan sejujurnya saya ngga tau berapa aspek yang mesti dikuasai seseorang sampai bisa dibilang pintar. Pintar masak, pintar nyanyi, pintar ngurus rumah, pintar betulin mesin mobil yang mogok, pintar bikin cerpen, pintar mendeskripsikan sesuatu, pintar main sepak bola, semua itu labelnya pintar. Pintar yang dicari tiap orang dalam diri orang lain berbeda-beda. Kalau semua orang di dunia ini paham Teori Relativitas, ngga ada orang tua yang memaksakan anaknya harus jadi rangking satu di kelas, harus piawai berhitung dan bicara lima bahasa.

Saya belajar bahwa lebih dan kurang pun sifatnya relatif. Ada orang yang sudah cukup hidup tanpa perlu milyaran rupiah di rekening. Ada orang yang bisa survive tanpa harus punya mobil mewah. Ada orang yang sudah merasa cantik tanpa perlu menambah di sana dan mengurangi di sini. Ada yang sudah merasa lebih dengan apa yang dimiliki tanpa merasa serakah. Tapi sebaliknya ada juga yang punya mobil empat biji plus pesawat pribadi masih kurang. Ada yang punya uang triliunan masih ngerasa miskin. Ada yang masih minder, masih protes sama Allah badannya kurang ini kurang itu, padahal melihat, bicara, mendengar dan berjalan semuanya normal. Ada yang masih merasa kurang meski sudah diberi berkelimpahan.

Ngga ada yang salah dengan Teori Relativitas, wong pada kenyataannya segala hal di dunia ini dinilai secara subjektif, jadi ya terima aja jatahnya. Pastinya juga ngga mentah-mentah diterima, tetep harus dibarengi usaha supaya level kita ngga stuck di situ saja. Kalau cuma terima, fisik biasa ya dibiarin, ngga dirawat. Kalau cuma terima, pinternya ngepas ya ngepas aja, ngga usaha belajar biar ilmunya nambah. Kalau cuma terima, ngga bakalan usaha kerja lebih keras biar rezeki mengalir terus. Berusaha menjadi lebih baik bukan kemudian menjadi serakah, pingine nambah, pingine ngrayah.

Intinya adalah syukurnya dikencengin, bro. Sehari ini aja, jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Relativitas dalam konteks ini mengajarkan bahwa kita ngga perlu memaksakan sesuatu yang sifatnya relatif dan subjektif. Ngga perlu dibesar-besarkan. Ngga perlulah sampai rugby tackle kanan kiri cuma karena merasa tersaingi. Disyukuri saja. Tentunya sambil tetap berusaha supaya apapun yang kita miliki jadi lebih baik dari yang sekarang.

Tapi sejujurnya saya sendiri pun masih harus banyak belajar soal ini kok :)

0 comments:

 

Confessions of A Not-It Girl Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea