Thursday, December 31, 2009

Langit Biru

Posted by Icha at 6:20 AM 1 comments
Kemarin hujan turun sepanjang sore, seperti hati saya, hujan juga sepanjang sore.
Saya bahkan sampai berpikir bahwa besok pasti akan sama buruknya dengan hari ini. Mendung, hujan, ngga ada langit biru yang mencerahkan hari saya.

Saya memang suka hujan, tapi saya juga butuh langit biru; langit yang menjanjikan harapan bahwa hari akan berlangsung cerah; semacam sugesti untuk diri sendiri bahwa apapun bisa saya lalui.

Lalu pagi ini saya terbangun dan Alhamdulillah, saya ingat sesuatu.

Kadang langit biru tidak datang sendiri. Kadang ia datang setelah hujan turun.



Dan kita tidak akan pernah bisa melihat langit biru yang indah itu kalau tidak sabar menunggu hujan berhenti.

I will go down with this ship
And I won't put my hands up and surrender
There will be no white flag above my door


_White Flag - Dido_

Friday, December 25, 2009

Everything I Do is Just for My MAMA!!!!

Posted by Icha at 8:32 AM 0 comments
Dudulnyaaa..... Baru posting tentang Mother's Day empat hari pasca Mother's Day-nya.....

But I guess it's okay cuz my day, each and every day is Mother's Day.

Dan sekali lagi, untuk kesekian kali, saya memaknai hari ibu dengan sudut pandang berbeda. Ketika orang lain selalu menyoroti ibu hanya dari perjuangannya ketika mengandung dan melahirkan kita, saya ngga melihat dari sisi itu. Bukannya saya ngga menghargai perjuangan Mama, ngga, itu SALAH BESAR. Tapi saya ingin melihat, menghormati, dan mencintai Mama dengan penuh kebanggaan sebagaimana dirinya sendiri. Sebagai Mama yang sejati, bukan hanya dari sisi kewajiban biologisnya.

Karena Mama adalah wanita terhebat yang saya miliki. Anugerah terindah yang diberikan Allah SWT ke dalam hidup saya.

Mama yang mau bangun tanpa mengeluh pada jam 2 malam demi menerima telpon atau SMSan saat insomnia saya lagi kambuh. Mama yang ngga pernah absen bangunin saya sahur pas puasa. Mama yang selalu bisa saya temukan di manapun, bahkan walau terpisah jarak.

Mama yang senantiasa mendongkrak semangat saya, selalu bisa bikin saya on fire hanya dengan satu kata di SMSnya: SEMANGAT!! Mama yang selalu percaya saya bisa, selalu yakin bahwa saya bisa jadi yang terbaik (asal saya mau) dan selalu mendukung apapun yang saya lakukan selama itu positif.

Mama yang selalu mau saya jadikan 'tong sampah', tempat curhat yang ngga pernah menghakimi, tau kapan saatnya hanya jadi pendengar. Brankas dengan sistem proteksi terbaik di dunia, di mana rahasia saya aman tersimpan, ngga akan pernah terbuka satu huruf pun. Yang menghormati privasi saya lebih dari siapapun, tapi di sisi lain tau lebih banyak tentang rahasia saya dibandingkan diary saya sekalipun.

Mama yang ngga pernah melarang saya menangis. Yang ngga pernah menutup telpon di saat saya ngga bisa bicara apapun kecuali nangis kejer. Yang membantu menyembuhkan luka hati saya bahkan sebelum menyadari bahwa dirinya juga terluka. Dan saya ingat satu kalimat yang Mama bilang ketika saya menangis di pelukannya: "Mama paling sedih kalau liat Mba nangis....."

Mama yang selalu mendukung saya mencapai cita-cita, walaupun itu artinya saya harus jauh darinya. Yang rela 'mengusir' saya dari rumah kalau itu demi kebaikan pendidikan saya. Yang ngga pernah mengekang saya untuk maju. Yang mendorong saya untuk belajar lebih dan lebih lagi supaya bisa pinter luar dalam. Dan yang lebih penting, ngga pernah sekali pun berhenti merasa bangga pada saya.

Mama yang selalu cantik. Yang kecantikannya bukan berasal dari polesan, tapi dari hati. Yang hebatnya, selalu percaya saran dan masukan dari saya bikin dirinya makin cantik. Mama yang ngga pernah protes sama barang-barang, baju, sepatu, tas, dan aksesori pilihan saya karena percaya pilihan saya akan selalu nampak pas dengan penampilannya. Dan sebaliknya, dari kecil Mama adalah fashion and hair stylist plus make-up artist pribadi saya. Saya pun selalu percaya pilihannya bikin saya makin cantik (dan memang begitulah kenyataannya). Itulah kenapa sampai sekarang pun saya ngga pernah pede beli baju kalau ngga ditemenin Mama ^_^

Mama yang selalu ngabsen sholat saya, selalu ngingetin untuk puasa (dan yang ini paling susah saya turutin), istirahat, dan jaga pola makan. Yang hafal bagian mana dari badan saya yang bakal protes kalau saya stres. Yang ngga pernah lupa ingetin saya tilawah dan tahajjud. Yang senantiasa menyuruh saya lari pada Allah SWT kalau saya punya masalah yang sekiranya Mama pun ngga punya jawabannya. Yang selalu menasihati saya dengan tiga kata: ikhlas, sabar, sholat.

Mama yang walaupun jauh selalu rasanya lebih dekat dari siapapun. Yang mau nemenin saya lembur ngerjain laporan, yang selalu SMS kalau film favorit saya diputer di tivi, yang ngasih tau kalau novel yang saya tunggu-tunggu udah rilis, yang rajin nge-forward SMS motivasi dari temen-temennya buat saya, yang selalu mengakhiri SMSnya dengan "muahmuah" dan selalu ngabarin kegiatannya hari itu sesibuk apapun dirinya.

Mama yang entah bagaimana selalu tau suasana hati saya. Tiap kali saya ada di puncak bahagia atau super down selalu tiba-tiba dateng SMS dari Mama: "Gimana harimu?" atau "Gimana mood-mu?" dan saya ngga akan tahan untuk ngga cerita. Dan tiap kali saya cerita, Mama pasti akan ingetin saya untuk selalu bersyukur atas semua keadaan, ngga terbang terlalu tinggi atau juga jatuh terlalu dalam.

Mama yang selalu bisa saya ajak bicara tentang apa aja: sekolah, kampus, cowok, pertemanan, future planning, sampai diskusi tentang film atau buku. Mama yang ngajarin saya untuk speak up sekaligus menghargai pendapat orang lain. Mama yang ngajarin saya sharing dengan orang lain, membuka diri, sekaligus membentengi diri dari orang yang ngga bisa dipercaya.

Mama yang darinya saya belajar banyak hal: membaca, menulis, menyanyi, basic main piano, ngapalin juz amma, masak (tapi sampe sekarang belum bisa juga), masang seprai, packing luggage, teknik nyuci, nyetrika dan ngelipet baju, naik motor, nyetir mobil, dandan,
cara nawar kalau belanja di pasar, sampai cara menghadapi berbagai jenis orang. Itupun belum semuanya. Dan saat saya membuat list apa aja yang sudah saya pelajari darinya, saya tau Mama adalah wanita dengan segudang bakat yang luar biasa. Wanita paling multitalent yang pernah saya miliki di dunia.

Mama yang tiap waktu jadi sahabat sejati saya. Jadilah tiap liburan kami punya acara girl's day selayaknya gadis dan sahabat cewek mereka: nyalon, nonton, belanja buku dan baju, makan pizza, dan ditutup dengan acara curhat sembari menikmati iced-chocolate caramel di Starbucks. Yang mau nemenin saya nonton walaupun filmnya ngga Mama banget. Yang selalu nyuruh saya mengikuti kata hati tanpa mengikuti pendapat orang-orang di sekitar. Mama yang lebih bijaksana dari psikolog manapun, yang memberi nasihat tanpa menggurui, yang mengerti dan tidak menghakimi.

Mama yang ngga akan pernah habis dideskripsikan dengan kata-kata sebanyak apapun.....

Hhhmmpphh..... Jadi kangen Mama.....

Udah ah, kayanya mending udahan cerita tentang Mama. Kalau dilanjutin bisa nangis saya. Last, saya cuma mau bilang kalau saya bangga punya Mama. Saya bangga karena dia Mama saya, bukan Mama orang lain. Dan di pagi hari tanggal 22 Desember pun saya SMS ngucapin selamat hari ibu plus bilang satu kalimat:
Only Allah SWT loves you more than I do.
Karena saya berharap saya benar-benar orang yang paling sayang sama Mama di dunia.

Love you, Mah.....

Tuesday, December 8, 2009

Definisi

Posted by Icha at 5:11 PM 0 comments
Pernahkah kamu melihat sesuatu yang begitu kompleks, begitu rumit, ambigu, mengundangmu masuk dalam rasa penasaran, namun sekaligus membuatmu terperangkap dalam ketakutan?

Pernahkah kamu melihat sesuatu yang begitu indah, tapi seperti menyimpan rahasia? Seperti melihat sesuatu yang bersinar, tapi sekaligus menjanjikan kegelapan kalau sewaktu-waktu cahaya itu padam?

Pernahkah kamu melihat sesuatu yang membuatmu yakin namun juga sekaligus tidak yakin? Membuatmu tertawa sekaligus ingin menangis? Membuatmu lega sekaligus merasakan gelombang kekhawatiran yang luar biasa?

Pernahkah kamu melihat sesuatu yang begitu indah, tetapi juga seperti menyimpan ancaman? Membuatmu terpesona, ingin memandangnya lebih lama, bahkan ingin menyentuhnya, namun menyetrummu dengan aura yang mengancam akan menghantuimu dengan bayang-bayang yang menakutkan?

Saya pernah. Sekali.

Tapi saya ragu, saya nggak paham. Saya butuh definisi.

Hanya definisi.

Tuesday, November 17, 2009

Me and The Poetry

Posted by Icha at 7:31 AM 0 comments
Selain hujan, saya punya satu kecintaan lagi. Saya cinta sama puisi.


Awal pastinya saya ngga tau, tapi saya ingat saya pernah iseng menulis puisi, terus pas ada lomba puisi yang diadain HIMABIO tercinta, saya masukin puisi itu. Niat saya sih cuma buat nambahin jumlah peserta aja. Hehe..... Serius, saya ngga ada niatan menang. Secara bahkan di mata saya sendiri, puisi yang saya bikin itu picisan PARAH. Eh, taunya menang. Mungkin sejak saat itu saya jadi suka bikin puisi.

Puisi juga merupakan jalan 'pelampiasan' hobi saya menulis. Soalnya saya merasa belum organized dalam hal nulis prosa atau cerita. Saya emang udah nulis beberapa paragraf yang mempunyai tokoh, setting, dan plot, tapi ngga beres-beres juga dari dulu. Habisnya inspirasi datang dan pergi oh begitu saja. Hampir selalu datangnya pas saya ngga ngadep laptop. Alhasil inspirasi itupun menyublim tanpa sempat saya abadikan. Udah gitu, inspirasi sering cuma mampir sekelebat. Udah aja tuh, tangan saya ngga ngejar nulisnya. Akhirnya saya lebih suka menuangkan khayalan dan perasaan lewat puisi. Ngga usah panjang-panjang, ringkas, ngga perlu berwujud kalimat S-P-O-K juga jadi.

Puisi yang saya bikin jarang berbait-bait. Paling banter sejauh ini 15 baris. Soalnya saya orangnya lugas. Ngga suka berpanjang-lebar. Sampai-sampai bikin puisi pun kebawa. Pokoknya bicara langsung ke inti. Saya juga ngga suka pakai bahasa-bahasa tinggi. Cukup yang sederhana, yang umum. Karena buat saya, yang penting isinya bisa dimengerti orang yang baca. Indah engganya kan relatif. Kalau yang baca udah seneng saya kasih puisi, sepicisan apapun juga ngga akan jadi masalah. Hehehe.....

Saya suka bikin puisi dalam keadaan apa aja. Artinya kalau inspirasi tau-tau mampir di kepala, ya saat itulah saya akan bikin puisi. Biarpun gitu, saya bukan tipe manusia yang doyan bawa notes kecil plus pulpen ke mana-mana (you know lah,saya punya penyakit clumsy kronis). Jadilah si Benihime yang jadi alat tulis portabel. FYI, Benihime itu nama hape saya ^_^

Kecintaan saya sama puisi ngga lepas dari kecintaan saya sama hal-hal lain. Lagu, film, hujan, orang-orang di sekitar, semua itu jadi sumber inspirasi saya bikin puisi. Bahkan hal-hal remeh semacem SMS met malem/met pagi dari seseorang, kejadian bareng sobat, sampai momen praktikum bisa mengundang rangkaian kata-kata ke dalam benak saya. However, lagu tetap jadi sumber utama. Faktanya hampir semua puisi yang saya tulis terinspirasi dari lagu yang sedang saya dengarkan. Jadi jangan heran kalau melihat hampir di setiap puisi selalu saya tulis "inspired by the song....." pada bagian akhirnya.

Saya juga suka mendedikasikan puisi buat orang-orang penting dalam hidup dan hati saya. Ya walau puisi yang saya tulis ngga sampai ke tangan mereka. Sejujurnya saya senang menuliskan "dedicated to....." di akhir puisi. Mungkin karena semata-mata saya memang ingin mereka tahu apa yang saya rasakan terhadap mereka. Yup, karena saya ngga memungkiri bahwa mereka jugalah yang memberi saya inspirasi.
Dan soal puisi ini, saya ngga pernah lupa obrolan-setengah-berantem Elizabeth Bennet dan Mr. Darcy di film favorit saya sepanjang masa, Pride and Prejudice.

Elizabeth Bennet: And that put paid to it. I wonder who first discovered the power of poetry in driving away love?
Mr. Darcy: I thought that poetry was the food of love.
Elizabeth Bennet: Of a fine stout love, it may. But if it is only a vague inclination I'm convinced one poor sonnet will kill it stone dead.

Mana yang benar, saya ngga tau
. Saya cuma menikmati bikin puisi, menikmati membacanya, menikmati setiap momen yang terekam dalam setiap kata, dan tentu saja, menikmati taste dari puisi itu sendiri.

Satu lagi, poetry is not the food of love. In some ways, it is LOVE.

Saturday, October 24, 2009

Ame ga Suki Desu!!

Posted by Icha at 6:16 PM 2 comments
Saya sukaaaaa sekali hujan.

Saya suka suara hujan. Saya suka bunyi tetesan air hujan yang jatuh membentur jalan. Saya suka bau tanah saat hujan. Saya suka melihat pemandangan orang-orang berjalan dengan payung aneka warna. Saya suka udara yang sejuk saat hujan. Saya suka suara kodok bernyanyi bersahut-sahutan saat hujan. Saya suka semuanya, semua tentang hujan.

Dan entah bagaimana caranya hujan selalu bisa bikin saya merasa lebih. Lebih terinspirasi, lebih romantis, lebih dramatis, lebih laper, dan lebih ngantuk. Hehehe..... Yang dua terakhir itu efek tersier aja kok. Yang jelas hujan adalah stimulan untuk otak kanan saya. Saya suka merancang adegan romantis untuk cerita yang saya tulis dengan latar belakang hujan. Dan hasilnya memang jadi lebih romantis sampai cenderung ke arah lebay. Saat hujan, saya juga jadi suka dengerin lagu-lagu yang kalem, such as instrumental piano, biola, or lagu-lagu dengan sentuhan akustik gitar. Saya banget deh. Istimewanya, saya yang biasanya ngga bisa belajar tanpa musik, pas hujan jadi bisa melanggar pakem itu. Soalnya suara hujan udah terasa musik di telinga saya. Ceileeehhhh.....

Sejujurnya saya pun punya banyak kenangan saat hujan. Waktu kecil, saya hampir selalu liburan sama Mama Papa ke Batu, Malang. Tiap kali kami sampai di depan rumah Pakde, saat itu pasti turun hujan. Udara yang dingin jadi tambah dingin. Hujannya ngga gede sih, cuma kaya gerimis tipis. Tapi justru itu yang bikin pemandangan jadi indah. Saya suka ngeliatin gerimis itu dari teras rumah Pakde. Ngga ada kata lain yang bisa menggambarkan pemandangan itu kecuali: so sweet..... ^_^

Beranjak maju, saat SMA saya bener-bener makin mencintai hujan. Banyaaaakk banget peristiwa yang terjadi dengan latar belakang hujan. Saya pernah punya sebuah wish dan keinginan itu terkabul saat hujan. Seneng banget dan sampai sekarang saya ngga pernah lupa kejadian itu. Saya juga pernah punya momen terindah yang terjadi pada pagi hari yang diwarnai hujan deras. Bahkan saya nyadar suka sama seseorang waktu hari hujan full dari pagi sampai pagi lagi ngga berhenti. Hujan membuat semua kenangan indah saya terasa lebih indah. Hujan bikin saya mampu mengingat semua, setiap detail terkecil dari peristiwa yang pernah saya alami. Dan pastinya membuat rasa yang timbul dari setiap momen itu tak pernah hilang.

Sekarang saat kuliah, rasa cinta saya sama hujan ngga berkurang. Secara saya kuliah di daerah dataran rendah yang panasnya minta ampun. Ditambah, saya tidur di kamar yang entah karena posisinya salah atau gimana merupakan kamar paling panas di rumah. Kalau cuaca panas, gerah dan sumuknya gila-gilaan. Tapi sekalinya hujan dan udara jadi adem, suhu kamar langsung menurun drastis dan kamar saya pun bertransformasi jadi kamar paling nyaman sedunia. Nah, kampus saya ternyata ngga mau kalah menyuguhkan pemandangan indah saat musim hujan. Di kampus banyak banget pohon entah apa (parah banget anak Biologi ngga tau) yang bunganya kuning dan wangi. Pada musim hujan, pohon-pohon itu serentak akan berbunga dan kampus jadi bernuansa warna hijau dan kuning yang kontras banget. Kalau ada angin, bunga-bunga itu akan berguguran, maka jadilah di musim hujan saya menyaksikan dua macam hujan, hujan air dan hujan bunga. Gimana ngga romantis?

Saya memang ngga tau gimana awalnya saya bisa suka sama butiran-butiran air yang jatuh dari langit itu. Tapi yang jelas saya ngga pernah ngga menikmati yang namanya hujan. Mulai dari hujan rintik-rintik alias gerimis sampai hujan deras yang dibumbui petir. Well, paling petirnya yang ngga saya suka. Satu lagi, saya benci bagian mati listriknya. Hehehehe.....

Sekarang saya masih dan selalu cinta hujan. Dan doakan saja adegan romantis yang selama ini cuma tergambar dalam khayalan dan tertulis di microsoft word akan benar-benar terjadi pada saya saat hujan. Soalnya saya masih punya satu wish lagi yang belum terwujud. Semoga saat Allah SWT mengabulkan keinginan saya itu, semua terjadi pas hujan turun dengan porsi yang paling romantis ^_^

Ame ga suki desu!! Daisuki!!


_On the rainy night, in my room sweet room_

Wednesday, October 21, 2009

Hot Chocolate

Posted by Icha at 8:41 PM 0 comments
Lagi-lagi saya melanggar kewajiban. Harusnya sekarang saya belajar, menekuni kata per kata dari handout Limnologi. Harusnya saya ingat parahnya ujian Fiswan hari ini supaya besok ngga keulang lagi. Tapi sekarang saya malah nulis-nulis ngga jelas di sini.

Well, terserahlah. Otak saya udah panas. Kemebul. Hawa lagi panas banget, saya lagi panas dalam, seluruh kepala saya udah penuh materi kuliah dan persiapan presentasi besok. Saya pengen rehat sejenak. Besok mah besok aja. Matkul lingkungan ini. Ujian pake jurus 4-Ng ajah. Ngaco, Ngarang, Ngawur, Ngasal.

Saat ini saya bener-bener pengen minum segelas coklat panas. Serius. Berhubung lagi panas dalam, saya pengen banget minum segelas coklat panas yang manis biar proses termoregulasi dalam tubuh saya normal kembali. Lagian ada yang bilang manisnya coklat bikin kita bahagia kaya bahagianya orang lagi jatuh cinta. Hehehehe.....

Anyway, ada alasan lain sih, dibalik keinginan saya akan hot chocolate. Gara-gara Selasa malam, tepatnya.

Selasa malam, di tengah rasa panas kaya terpanggang di kamar, saya mimpi.

Seseorang, someone yang saya tau akan menghadapi kewajiban sama kaya saya (cuma beda lokasi, beda matkul, dan beda major) mendadak muncul di teras rumah. Dia duduk ngampar di lantai, buka buku dan belajar. Saya liat dia dateng dan bermaksud bikin kejutan untuk dia. Jadi saya ke dapur dan bikinin dia secangkir coklat panas. Ya itu juga gara-garanya di dunia nyata saya emang punya sebungkus coklat instan yang belum sempat saya seduh. Pas saya mau kasih ke dia, saya liat tau-tau ada temen saya di rumah, terus coklat panasnya diminta sama dia. Oon-nya, saya kasih aja ke temen saya itu. Haduuuhhhh, batal deh, ngasih si someone secangkir hot chocolate..... ;-(

Dream is just a dream. Saya pikir itu cuma kompensasi rasa jenuh belajar aja. Otak saya udah overload, pengen istirahat dari belajar ditemani segelas coklat panas, lagu-lagu instrumental dan novel yang romantis. Cuma itu.

Tapi kalau boleh jujur, seandainya someone itu bener-bener belajar di teras rumah, saya pasti akan langsung bikinin dia secangkir coklat panas. Biar dia tambah semangat belajarnya ^_^


_Always love to see you with books_

Friday, October 2, 2009

Pangeran Kodok

Posted by Icha at 7:50 PM 0 comments
Sebenernya malem ini niatnya saya mau nyicil dasar teori laporan Fisiologi Hewan alias Fiswan, cuma ngga tau kenapa tiba-tiba keilangan mood. Yaudah, daripada dipaksain hasilnya malah berantakan, saya pending dulu aja ngerjain laporannya. Toh bahan udah ada, tinggal gabungin. Sekarang saya pengen cerita tentang kodok.

Semua berawal dari praktikum Fiswan hari Rabu. Saya tergabung dalam kelompok 4 yang hari itu kebagian tema endokrin. Preparat yang harus kami bawa adalah Bufo melanostictus yang punya panggilan sayang: kodok. Kodok yang dibawa juga bukan sembarang comot, melainkan haruslah kodok pria sejati. Becanda, kodok jantan maksudnya. Nah, setelah praktikum yang penuh kehebohan, di antara beberapa praktikan cewek (termasuk saya), mulai terdengarlah kata-kata 'Pangeran Kodok' yang menggema di mana-mana.

Sebenernya dua kata ini pertama kali saya denger dari mulut seorang sobat (yang saya panggil Mommy) waktu lagi bisik-bisik curhat tentang gebetannya sehari setelah praktikum. Malemnya saya ngerjain tugas sambil dengerin Memory Puzzle, salah satu instrumental dari drama Asia yang judulnya A Prince Who Turns Into A Frog. Tambah berkhayal punya Pangeran Kodok beneran saya.

Siang tadi di kampus, saya dan dua temen cewek iseng nongkrong di depan papan pengumuman di lantai 2. Terus entah dari mana awalnya kami tau-tau udah ngobrol seru tentang 'Pangeran Kodok' masing-masing (lagi). Saya ikut keketawaan aja mengingat saya ngga punya 'Pangeran Kodok' untuk dibicarain. Hehehe.....

Ngiriiii siiihhh..... Ngga bohong itu. Hampir semua temen saya udah punya '
Pangeran Kodok'-nya sendiri. Ada yang udah resmi, udah engaged, atau minimal udah membidik siapa 'Pangeran Kodok'-nya itu. Lha saya?? Boro-boro mau bilang namanya siapa, saya aja belum mutusin siapa yang mau saya jadiin Pangeran Kodok buat diri saya sendiri.

Dan di tengah keketawaan saya dengan teman-teman siang tadi, saya nyumpel kuping pake headset dan pas di lagu Pacto de Amor, salah satu soundtrack telenovela jadul berjudul Amigos yang barusan saya dapet tadi pagi, saya nulis dua bait puisi.

Aku suka kau saat tersenyum,
kau yang kuat,
kau yang bisa diandalkan,
kau yang pandai dalam segala hal.

Tapi aku cinta kau saat menangis,
kau yang lemah,
kau yang butuh tempat bersandar,
dan kebodohanmu saat berhadapan denganku.

Transformasi yang sempurna, kan? Kita menyukai seseorang karena kelebihannya, tapi mencintainya karena kekurangannya.

Dan saya yakin, kalau Pangeran Kodok saya, yang di jari kelingkingnya tersimpul salah satu ujung benang merah tak kasat mata yang ujung lainnya terikat di jari kelingking saya, entah siapapun dia, membaca puisi ini, pasti dia bakal tersenyum lebaaaarrrrr banget sampe kebawa mimpi. Hehehehehehe.....

Saturday, September 12, 2009

Anger (Management)

Posted by Icha at 7:16 PM 0 comments
Dua hari ini saya marah.

Saya marah karena adik tingkat yang (menurut saya) rese.
Saya marah karena (merasa) Papa ngga nepatin janjinya sama saya.
Saya marah karena (merasa) para sepupu ngga mau memaklumi tanggal mudik saya yang mepet gara-gara masih ada kuliah.
Saya marah karena kangen dengan seseorang, tapi ngga bisa berbuat apa-apa untuk mengekspresikan rasa kangen itu.
Saya marah karena Mama nelpon saya dan ngajak ngobrol tentang tanggal mudik di saat yang ngga tepat, saat saya sedang marah.
Saya marah karena seluruh dunia seolah nyuekin saya. Felt like being ignored.

Kemarin, teman-teman saya juga marah.

Mereka marah karena adik tingkat yang (menurut mereka) ngga tau diri.
Mereka marah karena event besar yang sudah direncanakan sejak lama (rasanya) dihancurkan begitu saja.
Mereka marah karena 'atasan' yang (menurut mereka) sewenang-wenang dan plin-plan.
Mereka marah karena seluruh dunia seolah ngga berpihak pada mereka.

Pun, kemarin para 'atasan' juga marah.

Mereka marah karena mereka (merasa) dilangkahi.
Mereka marah karena (menurut mereka) event yang tengah digarap ngga ada manfaatnya.
Mereka marah karena (menurut mereka) kami keras kepala.
Mereka marah karena seluruh dunia seolah ngga sejalan dengan mereka.

Kami marah karena seluruh dunia seolah ngga mau nurut sama kami.

Bukan masalah kalau kita marah.
Bukan masalah karena marah adalah ekspresi yang wajar ketika hidup ngga sesuai harapan dan keinginan.
Kemarahan bukanlah masalah.

Masalahnya adalah bagaimana kita mengekspresikan kemarahan.
Apakah teriak-teriak ngga jelas?
Apakah marah pada orang yang tepat?
Atau malah marah-marah sendiri, teriak-teriak sendiri, padahal objeknya ngga ada di situ?
Apakah marah dengan style destruktif? Membanting pintu? Melempar barang?
Apakah marah dengan menyakiti orang? Main tonjok? Main pukul?
Apakah marah dengan otak? Negosisasi? Bicara baik-baik?
Apakah kemarahan itu terlampiaskan dengan benar?
Ataukah sebaliknya? Terpendam dan tak terucapkan?

Yang mana aja boleh. Yang manapun tergantung kita. Tapi seharusnya dalam keadaan marah pun kepala tetap dingin. Berpikir, yang mana style paling baik yang akan kita pilih saat marah. Kita marah karena ingin sasaran tau isi hati dan mau kita. Kita marah karena ingin sebuah kompromi, sebuah pemakluman. Kita marah bukan bertujuan melukai orang, menyakiti hati orang. Kita marah bukan mau ngancurin rumah.

Mungkin juga kita belum clear marah sama siapa. Bisa jadi kemarahan yang rasanya ngga habis-habis adalah tanda bahwa sebenarnya kita marah pada diri sendiri. Dan kalau itu terjadi dan kita sadar, ngga ada cara lain untuk mengatasinya selain mengompromikan diri sendiri dengan keadaan. Bicara dengan diri sendiri, memberi pemakluman pada diri sendiri.

Dan yang lebih penting, marah pada objek secara tepat. Menurut saya aneh banget kita marah-marah atau ngga setuju sama seseorang dengan cara teriak-teriak, maki-maki tapi ngga di depan orangnya langsung. Demo di depan kantor walikota, padahal walikotanya ngga ada. Atau marah-marah dengan nulis status di facebook, padahal yang mau kita damprat belum tentu baca. Jujur, saya kadang juga ngelakuin itu, apalagi saat kemarahan saya ngga tertahan. Tapi kejadian dua hari yang lalu bikin saya sadar. Marah-marah kaya gitu keliatan bodoh banget. Dan sejujurnya saya pribadi pengen menghilangkan kebiasaan itu.

Karena itu juga saya jadi ingat perkataan seseorang di message Friendster saya 2 tahun yang lalu.

"Lo kalo mau marah langsung ke gw aja. Jangan dilampiasin ke orang laen!!"

Kadang saya juga mikir, saat marah mending langsung curhat aja. Sama Mama, sobat, atau diary. Kaya kata Tibby di The Sisterhood of The Traveling Pants.

"Well, maybe sometimes it's easier to be mad at the people you trust."

Cara yang lebih ampuh? Wudhu terus sholat. Selanjutnya ikhlasin semua ama Yang Di Atas.

Ready for the anger management?

Tuesday, September 8, 2009

Coretan Pertama

Posted by Icha at 2:53 PM 0 comments
Hari ini bisa dibilang 'one of the best days of my life'. That's because this day I've (finally) got the first mark on my dreamlist!! Yup, hari ini coretan pertama itu nongkrong di no. 22, dengan kata lain mimpi no. 22 saya udah tercapai.

Jadi sebenarnya mimpi itu sudah tertulis dalam list saya sejak semester 4 yang lalu. Nah, kisah perwujudan mimpi itu berawal dari ajakan temen saya, Fikar, yang dia utarakan pada saya menjelang liburan.

"Cha, daftar jadi asisten biokim [biokimia], yuk," kata dia waktu itu.

Saya ngangguk dan tanpa pikir dua kali mengiyakan ajakannya. Secara jadi asisten emang ambisi saya sejak dulu, tapi belum kesampean gara-gara kendala jadwal. Makanya mumpung ada yang ngajak ya saya iyain. Siapa tau di sanalah peruntungan saya terbuka. Waktu liburan ngga lupa saya bicarain rencana mewujudkan mimpi ini sama Mama. Mama dengan senang hati menyetujui dan pastinya mendoakan saya. ^_^

Awal semester 5, keributan KRS-an yang lumayan bikin emosi nyaris menggagalkan mimpi itu. Karena kuliah jadi prioritas utama, otomatis saya ngambil MKP [Mata Kuliah Pilihan] yang sesuai ama minat dan (insya Allah) bakat. Salah satu yang saya ambil adalah mata kuliah Patogenesis Bakteri (selanjutnya disingkat PB). Ngga tau kenapa, kaya ada sesuatu di mata kuliah itu yang 'memanggil' saya (halah, lebay). Di jadwal, PB jatuh pada hari Senin jam ke-7 & 8. Eh, taunya jadwal praktikum biokim juga hari Senin mulai jam ke-8. Itu artinya jam PB saya bentrok dengan jam praktikum biokim. Wah, udah pesimis saya. Terus saya berniat ganti mata kuliah, ambil Bioinformatika yang ngga bentrok biar bisa ngasistenin. Tapi di saat saya nyaris melaksanakan niat itu, nasihat bijak sahabat saya, Dea, menyadarkan saya. Katanya,"Cha, ngapain sih, elo pake bela-belain ambil matkul yang lo ngga suka? Daripada ntar lo ngga enjoy kuliah terus nilai lo ngga maksimal. Udahlah, mending ambil yang lo suka aja. Soal ngasistenin ya mungkin belum rejeki." Jujur aja, saya emang ngga minat (dan ngga bakat) dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan komputer. Akhirnya saya bertahan dengan rencana semula, tetep ambil PB dengan segala risikonya.

Usai KRS-an, beberapa hari kemudian saya iseng nengok papan pengumuman. Ternyata udah ditempel 'urgently required' untuk asisten biokim. Saya nyaris bersorak ketika satu kalimat membuat balon harapan di dada saya kembali mengempis.

Tidak mengambil mata kuliah lain pada jadwal praktikum Biokimia.

Selesai sudah, batin saya. Dengan ini saya bener-bener ngga bisa jadi asisten biokim. Walau kecewa, saya tetap tersenyum dan berusaha ikhlas. Sepulang kampus, saya segera telepon Mama. Saya ceritain tentang pengumuman tadi, terus saya bilang, saya pasrah aja (mengingat ambisi terpendam yang ngga kunjung terlaksana ^_^). Saya ikhlas kalau nyatanya semester ini saya lagi-lagi gagal jadi asisten. Mama setuju 100% dan ngasih pesan cinta plus berbagai motivasi supaya saya ngga menyerah dan terus berjuang. Dan saya emang ngga menyerah kok. Saya lampiaskan ambisi itu dengan mengisi aplikasi untuk asisten mata kuliah lain yang kebetulan jadwal saya free.

Tapi teori Quantum Ikhlas-nya Erbe Sentanu emang bukan bohong belaka. Allah SWT memang tau pasti keinginan hati saya yang terdalam. Kebetulan dosen PB dan dosen biokim adalah orang yang sama. Nah, di jadwal tertulis kuliah biokim (untuk semester 3) adalah jam ke-6 & 7, sementara kuliah PB kebagian jatah jam ke-7 & 8. Otomatis ada bentrok di jam ke-7, kan? Karena sang dosen ngga mau ngorbanin salah satu, jadilah kuliah PB dipindah ke hari Jumat. That means hari Senin jam ke-7 & 8 saya kosong!! Artinya lagi, saya punya kesempatan jadi asisten biokim. Ucapan syukur Alhamdulillah ngalir berulang kali dari mulut saya. Hari berikutnya saya langsung nemuin sang dosen dan menyatakan diri ngedaftar jadi asisten. Dengan senang hati dosen itu menyodorkan notes dan minta saya menuliskan nama. Alhamdulillah, prosedur dipermudah, ngga perlu nunjukin fotokopi KHS dan ribet-ribet lainnya. Di kelas, saya langsung ngasih tau Fikar supaya segera nyusul ngedaftar. Ngga nunggu lama, Fikar nitip daftarin ke seorang teman lain yang juga mau ngedaftar. Di rumah saya telepon Mama lagi untuk ngasih tau perkembangan ngga terduga ini dan minta doa supaya (syukur-syukur) bisa keterima.

Setelah itu, jujur, saya ngga terlalu mikirin lagi apakah saya keterima atau ngga. Cuma entah kenapa hari ini saat berangkat ke kampus saya membatin dalam hati, sepertinya menyenangkan kalau hari ini daftar asisten yang lolos diumumkan dan saya termasuk salah satu di antaranya. Saya hampir tersenyum sendiri dan melanjutkan perjalanan tanpa mikirin hal itu lagi. Namun keajaiban ikhlas ngga berhenti mendatangi saya. Sampai di kampus saya ngecek ke papan pengumuman dan menemukan daftar asisten biokim yang lolos. And guess what, nama saya terpampang di sana, di urutan pertama. Langsung bisa saya temukan tanpa susah-susah mencari. Saya ngga bisa menahan senyum dan mengucapkan syukur entah berapa kali. Saya langsung telepon Mama dan ngirim SMS ke sahabat saya nun jauh di sana (they were the first two people whom I shared my happiness with ^_^). Dan alhasil hari ini saya senyuuummm terus. Sampai rumah saya hias dreamlist dengan coretan pertama di nomor 22. Alhamdulillah.....

Mungkin bagi sebagian orang, bermimpi jadi asisten praktikum ngga masuk hitungan. Bahkan mungkin ada yang menganggap cuma jadi asisten aja kok bangga. Well, itu memang mimpi yang ngga seberapa. Ngga dipungkiri, jadi asisten praktikum honornya ngga seberapa, paling cuma ketambahan sertifikat. Imbalannya bisa dibilang ngga asyik, belum tambah capeknya ngasistenin sampai sore, ngadepin praktikan yang banyak tingkah, melawan bad mood setelah seharian beraktivitas, disusul tanggung jawab ngoreksi pretes dan laporan. Baaahhhh.....

Anyway, kebahagiaan sesungguhnya adalah mendapatkan apa yang tak terlihat. Siapa yang ngga bangga dapet kepercayaan dari dosen meng-handle praktikum (yang kadang-kadang diselenggarakan tanpa kehadiran mereka), ditanyai praktikan ini-itu, belajar bikin soal pretes dan responsi, belajar nyiapin reagen dan cara menanganinya, dapet extra-time make jas lab ('pakaian kebesaran' yang bikin saya selalu merasa jadi dr. Meredith Grey di Grey's Anatomy tiap kali memakainya^_^) dan yang ngga kalah membanggakan, penghargaan dari praktikan kalau kita sukses membimbing, mengajari, dan menjadi asisten yang baik buat mereka. Semua itu adalah imbalan yang sesuai untuk profesi asisten praktikum. Hehehehehe..... :-D

Dan yang lebih penting, saya bisa meneruskan jejak alm. Opa yang dulunya juga jadi asdos waktu kuliah. ^_^

Well, 3 pelajaran saya dapatkan hari ini: sabar, ikhlas, ngga menyerah. Semoga saya ngga pernah melupakan tiga hal itu supaya ngga perlu menunggu lama untuk mencoreti dreamlist lagi.

P.S: buat Fikar & Alfin, congratulations, guys!! Moga kita bisa bekerja sama dengan baik yaaa..... Buat Mba Ana, Mba Mus, Mba Mita, Mba Sari, en Mba Nungma, mohon bantuannya..... ^_^

Friday, September 4, 2009

Why Should Be in Denial?

Posted by Icha at 5:41 PM 1 comments
Kadang sesuatu yang paling kita hindari atau kita sangkal adalah sesuatu yang sesungguhnya paling kita setujui atau senangi atau inginkan.

Fakta yang lucu, kan? Kadang kita bilang engga untuk sesuatu yang sesungguhnya sangat kita inginkan cuma gara-gara gengsi. Atau kita menggelengkan kepala untuk suatu hal indah yang tersaji di depan mata hanya karena takut dengan omongan orang. Atau mungkin kita melakukan semua itu karena ego pribadi, prasangka yang terdoktrin di otak, barangkali juga trauma.

Itulah kenapa saya ambil gambar Elizabeth Bennet dan Mr Darcy dari film favorit saya sepanjang masa, Pride and Prejudice buat entry ini. Siapapun tau, dua orang yang jadi couple legendaris ini terlibat kisah cinta BBC alias benci bilang cinta. Pada intinya, mereka ogah mengakui kalau sebenarnya di hati masing-masing ada rasa kagum (dan akhirnya berkembang jadi sayang) untuk lawannya. Dan semua itu terjadi karena mereka sering berantem!! Oke, mungkin bukan cuma karena itu. Tapi apapun alasannya, toh pada akhirnya mereka mengakui kalau mereka sudah saling jatuh cinta.

Jujur, saya suka tersenyum geli sendiri kalau nonton tingkah couple ini di film. Geregetan gitu, kenapa sih, ngga ngaku aja kalo sama-sama suka. Tapi di dunia nyata (saya ngalamin sendiri, serius) memang lebih gampang menyangkal sesuatu yang paling kita inginkan. Apalagi kalau sesuatu itu berhubungan dengan perasaan dan menyangkut masa lalu. Ceileh..... Kita bilang ngga pengen balikan sama mantan, padahal sebenernya masih cinta setengah mati. Atau kalau kasusnya So Yi Jeong di Boys Before Flowers, bilangnya ngga percaya soulmate, padahal dalam hatinya udah terpatri bahwa cinta masa kecilnya adalah soulmate yang selama ini ngga pernah terucapkan.

Saya ngga munafik. Mungkin sekarang saya sedang mengalami hal yang sama. Ngga persis sama kaya kasusnya Lizzie-Darcy, tapi lumayan bikin saya frustrasi . Dan saya bertanya pada diri sendiri: why should be in denial ?? Saya bukan orang yang high-pride, juga bukan orang yang terbelenggu trauma masa lalu. Namun penyangkalan rupanya seperti jurus terbaik menghindari masalah: melarikan diri. Menghadapi ngga berani, tapi membuang jauh-jauh juga ngga bisa karena rasanya yang begitu enak di hati.

Mungkin cuma butuh keberanian. Mungkin juga cuma butuh waktu. Mungkin juga karena saya dan dia (^_^) belum yakin sama perasaan kami masing-masing. Dan mungkin saya juga ngga perlu terus-terusan menyangkal. Kalau memang membahagiakan kenapa harus disembunyikan? Bener ngga?

Friday, August 28, 2009

Jadi Kakak!! Yeaaahhh.....!!!

Posted by Icha at 7:36 PM 0 comments

Ogenki desu ka, Minna-san!! Setelah lama ngga posting karena berbagai kesibukan—mulai dari sibuk nggarap laporan, ngurusin event HIMABIO, melaksanakan kewajiban akademis sampe berbakti pada ortu alias liburan di rumah ^_^—akhirnya saya bisa menampakkan wajah lagi di depan Anda semua. Oiya, sebelumnya saya mau mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa buat sodara-sodara kaum muslimin dan muslimat di seluruh dunia. Maaf lahir batin atas semua kesalahan dan kekhilafan, baik yang disengaja maupun tidak. Pokoknya diikhlaskan yaaa.... Okeh?



Penghujung bulan Agustus ini adalah saat stopwatch mulai dihidupkan. Dengan kata lain, tanggal 31 Agustus 2009 adalah saatnya saya menolakkan kaki di titik start untuk berlari sepanjang lintasan semester 5. Wuidih..... Jadi mulai tanggal itu resminya saya udah jadi sophomore, udah punya 2 ade angkatan. Hehehe..... Predikatnya beneran ‘kakak tingkat’ nih sekarang. Weits, udah tua, dong? Wah, kalau dibilang tua ya belum lah ya. Dewasa kek gitu istilahnya (menyamarkan.com). Yang jelas, diakui atau tidak, angkatan saya sekarang jadi kakak tingkat penguasa kampus. Secara angkatan di atas saya udah pada lulus dan yang paling anyar (angkatan 2006) udah pada skripsi. Otomatis jarang ngetok di kampus toh? Hati-hati aja kalian para junior. Hwakakakakakakaka..... Husss, keterusan.....



Di bulan kemerdekaan ini pula saya dapet gift (atau malah curse???) dengan didaulat jadi kakak buat ade sepupu saya. Kebetulan dia keterima di univ yang sama dengan saya, cuma beda fakultas. Alhasil dirinya yang belum menguasai tetek-bengek ospek otomatis nanya ke saya. Ditambah, si Dede (panggilan saya buat dia) ngga ngerti tata kota tempat kami kuliah ini. Maksudnya dia belum tau kalau mau beli apa mesti ke mana atau hot spot buat apa ada di mana. Maklum lah, dia ngga pernah tinggal di kota ini lebih dari seminggu (belum terkonfirmasi, harap jangan langsung percaya ^_^). Jadilah saya yang senior didapuk membimbing ade, termasuk jadi guide buat antisipasi masa ospek dan awal-awal kuliah. Saya jadi mikir, betapa beruntungnya dia, masih ada orang yang bisa ditanyai. Lha saya dulu, mau nanya ama siapa??



However, saya seneng kok dimintai tolong dan nemenin dia kalau ada apa-apa yang menyangkut kehidupan seorang freshman (halah). Seru walau agak nyebelin (karena sifat dasar Dede yang nyantai dan easy going PARAH). Contoh nyata aja ya, beberapa hari yang lalu saya nemenin dia belanja buat keperluan ospek—yang aneh-aneh dan nyarinya mesti mencar-mencar—dan kami baru berangkat dari rumah tantenya (FYI, dia sementara nginep di rumah tante dari papanya) jam setengah delapan malem. Padahal dia disuruh beli perangko. Jam segitu mana ada kantor pos masih buka? Ke kantor pos pusat? Males banget, jauh teuing. Untungnya kejadian itu bikin dia introspeksi dan besoknya dia ngga nunda-nunda lagi beli barang-barang buat ospek. Begitu ospek hari itu beres, dia langsung SMS saya, nanya kantor pos. Syukur.....



Anyway, sepertinya ngga cuma dia yang belajar dari kejadian tadi, tapi saya juga. Belajar jadi kakak!! Serius. Sampai detik ini, dari lahir sampai (Alhamdulillah) umur 20 tahun, saya ngga pernah ngerasa bener-bener jadi kakak. Secara emang saya ngga punya ade dan saya sendiri dari dulu pengennya punya kakak (ngga nyambung). Dipasrahi ade sepupu kaya gini bikin saya jadi bertanggung jawab dan termotivasi untuk selalu menuju ke arah lebih baik. Beneran lho, ekstra!! Kan di sini saya jadi panutan. Selain itu saya jadi lebih akrab ama Dede. Jadi sering ngobrol dan saya juga kadang ngecek kondisi dia. Karena dia cowok, saya pun yakin kalau dia juga merasa punya tanggung jawab ngejagain Mbak-nya. Saling care lah.



Dapet tanggung jawab jadi kakak emang bikin saya merasa punya beban tambahan, tapi saya bersyukur, kok. Saya merasa honoured dan dipercaya sama om tante (orang tuanya Dede). Also, pastinya inilah kesempatan untuk meng-upgrade diri untuk jadi lebih dewasa, baik dalam perkataan, pemikiran, maupun tingkah laku. Dan saya rasa saat ini sangat tepat buat saya untuk mengakui satu hal: ternyata punya adik ngga buruk-buruk amat, kok. ^_~



P.S: buat Dede, semangat jadi freshman!! Awali kuliah dengan baik, biar ke depannya melaju terus. Syukur-syukur sprint, terus cepet lulus deh..... ^_^

Friday, June 5, 2009

Tak Harus Luar Biasa

Posted by Icha at 10:11 PM 0 comments



Jumat malam (05062009), sebenernya saya udah ngantuk banget. Tapi jam 9an, Mama ngirim SMS, ngingetin kalau malam ini ada acara favorit kami berdua diputar di tivi: Final Pemilihan Miss Indonesia 2009. Saya sama Mama emang suka banget nonton acara ini. Setiap kali ada pemilihan putri-putrian model begini, ngga pernah absen rasanya saya dan Mama mantengin tivi. Padahal keputusan final kepala siapa yang bakal dipasangi mahkota bisa jadi baru diumumkan tengah malam, tapi ngga urung kami jabanin juga.

Tujuan utamanya sih, bukan sekedar ngomentarin tampang cantik para finalis. Sesi favorit saya dan Mama adalah sesi pertanyaan. Tau lah, para finalis yang terpilih masuk 10 besar dikasih pertanyaan dari juri atau teman sesama finalis dan mereka harus memaparkan jawabannya dalam waktu yang sudah ditentukan. Pertanyaannya bisa macem-macem. Tentang pariwisata, perempuan, politik sosbud, apalah yang lain. Dan biasanya pertanyaan yang diberikan menyangkut peristiwa-peristiwa yang sifatnya kontroversial. Kadang pertanyaan juga sifatnya simpel aja, tergantung siapa yang memberi pertanyaan.

Bagian favorit saya, kalau finalis ditanya tentang pertanyaan yang simpel tapi menuntut jawaban yang filosofis, diplomatis, plus puitis (halah.....), such as "siapa orang yang paling memberi inspirasi dalam hidupmu?", "akan jadi apa dirimu lima tahun ke depan?", dan semacemnya. Karena pada dasarnya saya suka segala macem ungkapan yang bahasanya agak berat (baca: puitis asli parah!!), saya suka getem-getem kalau jawaban finalis ngga sesuai harapan. Misalnya aja ngga nyambung, kedengaran plin-plan, atau tata bahasanya berantakan. Kalau kejadian gini emang bukan berarti finalisnya bodoh, sih. Nervous gara-gara 'dipaksa' ngomong di depan juri, disaksikan Miss World/Miss Universe, plus orang se-Indonesia, belum ditambah tekanan waktu yang singkat dan tuntutan mengambil hati para juri bisa jadi faktor eksternal yang mempengaruhi kualitas jawaban.

Sejujurnya saya ngga terlalu terkesan dengan finalis yang punya kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata, punya banyak embel-embel gelar akademis yang nempel di depan dan belakang namanya, atau berwajah cantik blasteran. Saya juga ngga terlalu alert dengan bodi semampai putih langsing tinggi. Bagi saya itu bukan modal utama jadi Miss atau Putri yang layak dapat mahkota. Kenapa? Karena hal-hal yang saya sebutkan di atas bisa dipelajari oleh semua orang. Kalau mau, semua cewek di dunia pun bisa jadi seperti itu.

Lha terus, bagian mana yang mestinya dinilai lebih supaya bisa jadi Miss/Putri yang sebenarnya?

Jawabannya: kemampuan menghadapi life emergency. Gampangnya, in this case of course, menjawab pertanyaan dengan cepat sekaligus tepat dan ujung-ujungnya mampu 'merayu para juri' sehingga mereka berkenan merelakan mahkota ngejongkrok di kepala finalis yang bersangkutan. Hehehehe..... Ngga deng, becanda....

Nah, kembali ke jalan yang benar, bagian seriusnya adalah gimana mereka bisa menghadapi tekanan hidup yang sebegitu beragamnya dengan tetap menunjukkan wajah yang ramah, senyum manis, body language yang elegan, dan pastinya kalimat-kalimat cerdas yang menunjukkan bahwa merekalah putri yang sebenar-benarnya. Artinya ini berlaku ya ngga di atas panggung thok, tapi juga di luar acara-acara socialite yang saat itu mereka lepas dari gelar putri. Kasarannya gini lah, ngga ada gunanya punya sepuluh gelar kalau bawaannya panik dan gampang emosi menghadapi tekanan dunia kerja, dunia pergaulan, apalagi kalau ntar jadi Putri beneran. Ngga ada gunanya wajah cantik kalau langsung cemberut saat dapat kritikan pedas.

Ngga cuma sesimpel itu. Kemampuan mengambil keputusan, memberikan win-win solution adalah sesuatu yang mutlak dimiliki seorang Putri. Yang terpenting, kebaikan hati, kerelaan untuk beramal, dan semangat memperbaiki diri, serta memperkokoh iman adalah modal utama. Semuanya itu ngga bisa dipelajari secara formal. Ngga ada di kurikulum sekolah atau kampus mana pun di dunia. Harus kita yang mau belajar. Harus kita yang punya semangat berubah. Kemampuan kognitif apalagi bentuk badan, wah, itu sih, nomor kesekian. Putri sejati, bukan luarnya yang dicari, tapi apa yang tersembunyi tapi takkan bisa tertutupi.

So, ngga harus jadi luar biasa untuk jadi seorang Putri. Karena setiap cewe bisa jadi Putri. Bahkan, kita pun bisa!! All you have to do is let yourself shine. Show your light to the people around you!! ^_^

Wednesday, May 20, 2009

Semua Punya Gaya

Posted by Icha at 6:45 AM 0 comments
Gara-gara sibuk ngurusin praktikum kelompok dan agenda terdekat HIMABIO plus kegiatan bergaul dengan temen-temen baik di dalam maupun luar komunitas biologi, berapa hari ini saya benar-benar dihadapkan pada berbagai jenis orang. Walaupun secara konsep spesies biologi yang namanya manusia itu SEJENIS (alias Homo sapiens), tapi dalam kenyataannya biodiversitas manusia secara fenotipe mau ngga mau seakan menentang konsep tadi. Jadi biar sejenis, ternyata manusia sebenernya ada berbagai jenis. Nah lo, pusing, kan?

Okelah, ngga usah ngurusin jenis-jenisan segala. Toh alhamdulillah saya udah lulus taksonomi hewan, jadi ngga perlu diulang lagi pelajarannya. Yang jadi fokus obrolan saya sekarang adalah betapa manusia diciptakan dalam berbagai bentuk rupa dan sifat, yang kadang bikin salah paham manusia lainnya. Beneran, saya baru bener-bener ngerasain hal ini di semester 4. Maklum aja lah, beban SKS tiap matkul gede-gede, belum ditambah beban organisasi, bla bla bla. Ngga cuma saya, semua orang yang berinteraksi dengan diri ini pun ketauan aslinya.

Berawal dari beberapa minggu yang lalu, ketika salah seorang sahabat saya cerita bahwa seorang teman di luar komunitas menanyakan hal yang jadi privasi saya ke dia. Dan ternyata ngga cuma ke sahabat saya yang satu itu aja, dia tanya ke semua orang, ngga langsung ke saya. Saya muntab, asli. Begitu juga waktu sahabat saya yang lain jadian. Orang itu mbingungi. Nanya ke semua orang, termasuk ke saya tentang kebenaran berita itu, tapi ngga langsung nanya ke objeknya. Ngga dipungkiri, sahabat saya bete berat.

Melihat latar belakang perbuatannya, saya tau niatnya baik, cuma mungkin caranya aja yang salah. Merujuk istilah Mama, bener ning ora pener. Artinya kurang lebih niatnya benar, tapi caranya yang kurang tepat. Celakanya, kasus yang begini ini yang suka bikin orang salah persepsi terus mengakibatkan keretakan antara kedua pihak yang bersangkutan. Itu belum kalau pada dasarnya si objek lagi bad mood, bad day, sampai bad hair day. Wah, bisa tambah panjang urusannya.

Sebenarnya ngga ada masalah kalau kita, baik subjek maupun objek memahami satu konsep: ngga ada orang yang sama di dunia ini. Semua orang punya cara sendiri untuk mengungkapkan pandangannya terhadap suatu hal. Dan lagi-lagi kedua pihak-lah yang harus bisa memahami cara pandang lawan bicaranya. Contoh, kalau semisal saya dihadapkan dengan orang yang gampang ngerasa 'dalem' (alias sensitif), mau ngga mau ngga bisa kan saya pake cara blak-blakan untuk mengkritik suatu perbuatan dia yang bagi saya kurang pas. Gitu juga sebaliknya.

Makanya mungkin benar juga makna suatu kalimat yang pernah saya temukan (entah di mana, saya lupa sumbernya). Kita tidak bisa membuat orang lain menjadi seperti yang kita inginkan; yang bisa kita lakukan hanyalah menyesuaikan diri dengan cara pandang orang di sekitar kita. See?

Ngga ada yang salah dengan menjadi diri sendiri, baik dalam hal style pakaian, cara bicara, cara bersikap, sampai cara memandang hidup ini. Namun kita juga harus ingat, kita hidup ngga sendiri. Ada banyak jenis manusia di sekitar kita. Dan semua manusia, semua orang punya gayanya sendiri-sendiri. Respect yourself before you respect others, but respect others first if you want them to do the same thing to you!! ^_^

Thursday, April 2, 2009

Best Dances-Cha's Version

Posted by Icha at 5:26 PM 0 comments


Cewek identik dengan drama. Dan ngga munafik, sebagai cewek sejati (ceileeehhhh.....), saya sangat menggandrungi film-film drama yang romantis. Secara ya, saya tuh belum nemuin true love, jadi wajar kan saya ngiler gitu kalau liat adegan-adegan penuh cinta di film drama. Hehehehehe..... Jadi ngelantur ngga genah gini.....

Kembali ke poin awal, saya emang cinta banget ama drama. Terutama drama yang ada adegan dansanya. Buat saya, adegan dansa adalah salah satu kriteria suatu film dikategorikan sebagai drama romantis. Jadi sekarang saya pengen share sama temen-temen semua Top 5 Dancing Scenes versi saya. Di sini akan saya beberkan adegan dansa favorit saya berikut nama film dan alasannya. Here they are.

1. Sam Montgomery & Austin Ames (A Cinderella Story)
Ngga ada yang kurang dari adegan dansa yang satu ini: Sam dengan gaun Cinderella-nya dan Austin yang pangeran abis, gazebo berhias semak mawar, plus life music yang slow-romantic banget. Dansa yang tradisional, sederhana, manis, tapi pastinya berkesan banget buat yang nonton adegan ini. Kalo ngga percaya, silakan liat di gambar yang saya pajang di awal entry ini. What a perfect dance!!

2. Bella Swan & Edward Cullen (Twilight)
Poin plus: lagunya!! Meski dress dan latar dansa mereka ngga semanis A Cinderella Story, tapi lagu 'Flightless Bird, American Mouth'-nya Iron & Wine ngga ada duanya. Bahkan tiap kali saya muter lagu ini di player, saya ngga tahan untuk ngga ngebayangin berdansa seperti Bella dan Edward. Ngga lupa juga waktu Edward menumpukan kaki Bella di atas kakinya dan mereka berdansa seirama. So sweet.....

3. Elizabeth Bennet & Mr Darcy (Pride and Prejudice)
Dansa yang tergolong aneh karena di tengah dansa mereka masih sempat berantem!! Mr Darcy yang dingin, ketus, dan (tampak) ngga pedulian mana bisa semenit tahan ngga berantem ama Elizabeth yang keras plus idealis, bahkan dalam suasana dansa yang harusnya jadi momen bagus buat mereka untuk saling kenal. Tapi itulah yang bikin saya selalu terkesan sama adegan dansa di film ini. Soalnya bisa dibilang berawal dari sinilah perasaan cinta tumbuh di hati Elizabeth dan Mr Darcy. Biar ngga romantis adegan ini senantiasa mengingatkan saya akan satu hal: cinta ama benci itu bedanya tipis!!

4. Anna Leonowens & King Mongkut (Anna and The King)
Dansa yang mellow parah. Ini adegan dansa yang paling bikin saya sedih. Gimana engga, Anna dan sang raja sebenernya saling cinta, tapi karena begitu banyak perbedaan, mereka ngga bakal bisa bersatu. Dan semua perasaan mereka yang terpendam tumpah ruah dalam dansa semalam waktu pesta pembesar negara. Adegan dansa di film ini masuk top 5 bukan karena lagu atau latar atau suasananya, tapi karena feel-nya yang menyentuh banget. Uuuhhhh, jadi pengen nangis..... *lebay

5. Tyler Gage & Nora Clark (Step Up)
Ngga usah diragukan lagi, this is a really dancing-movie!! Secara Channing Tatum kan dancer. Emang sih, di film ini dansanya ngga model slow-dance gitu, hampir semua justru breakdance. So, cuco banget kan Channing Tatum dipasang di film ini. Dan adegan favorit saya adalah waktu Tyler dan Nora latihan menari di rooftop. Keren banget deh! Walaupun jauh dari slow, tapi tetep ngga mengurangi romatisnya dancing mereka. Apalagi setelahnya mereka beneran sadar bahwa mereka meant to be together. Keliatan lah, dansanya aja udah ngga usah pake gerakan terencana. He'll be ready to catch her anytime!!

Nah, itu dia adegan-adegan dansa favorit saya. Kalo ada yang mau nambahin atau punya komentar, ngga usah sungkan untuk speak up yach. Met berdansa, guys!!
 

Confessions of A Not-It Girl Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea