Wednesday, September 18, 2013

I Choose to Be Wise

Posted by Icha at 8:28 AM 0 comments
Sometimes we think we need to ask, in order to know something.
But some other times, we think we just need to stop asking. Just close our mouth and let the answers come to us by themself.
And that's because we already know the answers, but we're afraid to hear them.



And I choose to be wise. I'd better stop asking. It would be so much better to know nothing than get mad after I hear the answer.

Bingung

Posted by Icha at 7:33 AM 0 comments
Terbangun pagi ini dengan massive emptiness yang penyebabnya masih belum teridentifikasi. Bukan galau, hanya kesepian dan kebingungan yang membingungkan. Dan karena itulah saya berencana memecahkan rekor dengan bikin 3 postingan dalam 12 jam (yang entah bakal beneran jadi 3 atau ngga). Menggila? He'eh. Lha wong bingungnya aja menggila sampe sempet bikin migren begitu :/

Hari ini saya bingung mau ngapain. Paling banter, nyelesein urusan usung-usung barang. Terus ambil kembalian uang bench fee. Abis itu ngerencanain agenda ngelab. Selebihnya bingung. Oiya, masak sarapan, nyuci, beberes, baca jurnal, sebenarnya banyak hal yang bisa saya lakukan dengan asyik. Kalau saya ngga sedang... Bingung.

Oh dan saya masih punya utang satu cerita ke pacar. Cerita yang membingungkan karena ngga tau harus saya mulai dari mana. Lebih gampang menceritakan keadaan jalan depan kosan daripada menjelaskan bagaimana suasana hati saya kemarin malam.

Huuuuuuuuuuuuuuuummmpppphhhhh... Geje.

--------------------***--------------------

Saya benci ketika secara otomatis ingatan memanggil perasaan tidak enak di masa lalu, yang kemudian mengantar saya kepada massive emptiness yang menyebalkan. Ngga enak aja gitu, just sit and feel soooo emotionless. Dan kemudian jadi sensitif terhadap hal-hal kecil, menganggap semuanya jadi biang kerok penghancur segala rencana yang sudah disusun sedari kapan tau. Saya benci ketika diri ini menolak untuk belajar bahwa ada saat-saat di mana kita hanya akan menjadi dewasa dengan menahan diri dari sesuatu yang kita inginkan. Yang sulit adalah menahan diri dan pikiran dari kebiasaan-kebiasaan yang sudah mendarah daging, kalau tidak melakukannya sehari terasa ada yang kurang. Tapi kalau menahan yang seperti itu saja tidak bisa, bagaimana mau menahan yang lain-lain?

Yaaaaaaaaaaaaahhhh, anggap saja ini saatnya saya untuk... Menahan diri. Mengingat terakhir kali saya berusaha menahan diri jadinya malah berantakan, kali ini saya akan berusaha lebih baik. Asalkan ngga menghalangi jalan orang, ngga menghalangi mimpi orang lain, saya rasa saya sudah bisa dikatakan berhasil.

--------------------***--------------------

Untungnya selalu luluh melihat orang-orang yang saya cintai muncul dengan begitu rendah hati, ngucapin met pagi, menyapa dan menanyakan kabar mood saya. Yang masih berusaha bikin saya ketawa walau mungkin ketawanya sedikit dipaksa. Yang masih mau ngusilin saya sehingga biarpun marah, saya tau saya masih digatekke. Bahkan di saat-saat massive emptiness melanda seperti ini, saya masih punya orang-orang yang patut disyukuri keberadaannya.

Oh dan saya masih punya satu hal yang bikin saya excited. How's your day so far, Milady? :))

Tuesday, September 17, 2013

Kejauhan

Posted by Icha at 9:08 PM 0 comments
Rasanya aneh. Badan ngga dipake ngapa-ngapain tapi capenyaaaaaaa minta ampun.

Ngga perlu periksa ke dokter spesialis untuk tau sebab musabab dari semua ketidakjelasan ini. Seperti biasa, pikiran yang bundhet, mbruwet, kejauhan, dan bekerja terlalu keras. Bener deh, serasa ada gir yang muter kenceng banget di dalem kepala dan ngga mau berhenti.

Galau kan saya...

Nyaris seminggu ini, bisa dibilang segala yang saya rencanakan berantakan. Ngga ada yang kelakon sesuai draft dan angan-angan. Acara besar yang sudah direncanakan berminggu-minggu yang lalu bubar seketika gara-gara ada tamu tak diundang mendadak datang pas tanggal itu. Sumpah, rasanya kepengen ngepruk. Kalo aja tuh orang tau betapa berartinya tanggal dan acara itu buat saya. Dasar perusak rencana.

Kemudian berbagai hal kecil riyik-riyik remeh temeh yang dengan mudahnya membuat saya badmood. Kejadian-kejadian seukuran semut yang sanggup membuat saya men-judge bahwa semua itu semena-mena merusak seluruh rencana saya. Njuk saya jadi kepengen mutung dengan gampangnya. Sakarepe dhewe lah pokoke. Dan saya juga menganggap semesta mempermainkan saya sakarepe dhewe.

Beberapa hari belakangan saya juga memikirkan sesuatu yang sebenarnya sama sekali bukan urusan saya. Meskipun saya punya hak untuk ikut memikirkannya, saya sendiri ragu, apa saya cukup sopan untuk memikirkan hal itu. Bodohnya, sampe galau berhari-hari. Ngga, ini ngga lebay, bener-bener berhari-hari. Lalu setelah galau dan migren mentok sampe ke tembok, mak cling!! Masalah beres dengan sendirinya. Bersyukur, walau kejadiannya agak nganyelke. Tiwas mikir berhari-hari, masalah selesai dalam sekejap. Ada-ada aja.

Kemudian urusan-urusan yang sebenarnya juga kecil-kecil, tapi dipikir terlalu jauh sehingga jadinya malah makin keliatan ruwet dan menyebalkan. Acara ini, butuh beli ini, harus bayar ini, bahkan sampe ke urusan sehari-hari sejenis nyuci, beresin kamar, dan masak sarapan. Mendadak segalanya jadi riweuh dan memikirkannya saja butuh tenaga ekstra.

Ruwet... ruwet...

Bukan masalahnya yang ruwet, tapi kebiasaan mikir kejauhan yang bikin segala urusan jadi bundhet. Hari ini saya sambat ke pacar tentang rencana seminggu yang ngga kelakon, semua berantakan. Tapi tadi waktu makan sore sehabis takziah Pak Topo, salah satu karyawan Farmasi, Pacar bilang dengan muka lucunya, "Itu juga, dapet uang segitu dan ketemu Bu _____ [dosen kesayangan kami berdua] itu juga di luar rencana lho." Pikiran saya pun melayang ke sms temen segrup penelitian kami, Anggun, kira-kira setengah jam sebelum kalimat itu terucap. Katanya, kami segrup masing-masing dapat kembalian uang bench fee lab sebesar kira-kira Rp 82.000,00. Whoaaaaaaaaaaaa... Dompet saya kembali tebal. Kemudian saya bersyukur atas rezeki itu. Dan bersyukur juga punya pacar yang mengingatkan hal yang semestinya saya syukuri sore tadi :)

Pada gilirannya saya seolah dibuat mengerti dengan cara kerja alam semesta. Belakangan segalanya jadi terasa aneh dan lucu. Dan serba kebetulan. Unexpected. Yang tiba-tiba ada pembatalan rencana acara besar saya lah, yang tiba-tiba pacar ngabarin kalau... Ah, sudahlah, bagian ini ngga bakal ada yang ngerti kalau saya ceritain :p

Plus konfirmasi bahwa nyonya junjungan saya (soalnya selalu saya panggil 'Milady' :D) akan mendapatkan kebahagiaannya. Meskipun kebenaran beritanya baru 75%, udah ngerasa seneng aja sayanya :))

--------------------***--------------------

Tapi ternyata dalam hati kecil saya, masih ada ketakutan yang tidak terdefinisi. Saya hilang arah ketika orang-orang yang saya sayangi tenggelam dalam dunianya, dunia yang sama sekali tidak bisa saya jangkau dan pahami. Dan kadang saya mengutuk diri sendiri atas kebodohan mendasar seorang manusia, tidak mau belajar. Saya merasa salah dengan tidak mau belajar masuk ke dunia itu, selain perasaan salah yang lebih parah karena dunia saya pun belum mampu saya pahami dengan sempurna. Rasanya seperti belum selesai menggambar satu lingkaran dan sudah harus belajar menggambar lingkaran yang lainnya. Belum lagi mengisi lingkaran-lingkaran itu dengan objek-objek yang saya temukan. Sunnguh, rasanya seperti diri ini tertinggal jauuuuuuuuuhhh sekali.

Dan perasaan dibandingkan tidak pernah hilang. Selalu ada mereka yang punya dunia lebih besar, lebih dekat antara lingkaran satu dengan yang lain, bahkan saling bersinggungan. Sedangkan lingkaran saya begitu kecil, begitu terbatas. Rasanya jadi kaya ditendang jauh ke luar angkasa. Udah jauh, makin terpencil rasanya. Njuk kampul-kampul neng ruang angkasa dhewekan, ndak tau mau ke mana. Melihat mereka yang punya lingkaran begitu besar, begitu mudah menjangkau segala arah, rasanya sungguh sangat iri.

Ternyata memang susah mau nge-makeup nilai C biar jadi B. Wong yang tadinya dapet B aja setelah makeup bisa turun jadi C, padahal niatnya ngulang biar dapet A :))

Sunday, September 8, 2013

Teori Relativitas

Posted by Icha at 11:52 AM 0 comments
Baru di S2 ini saya belajar tentang Teori Relativitas.

Saya belajar bahwa cantik (karena saya cewek) itu relatif. Cantik bagi satu orang bisa sama dengan buruk rupa bagi orang lain. Wajah dan fisik adalah hal paling relatif di dunia, mustahil dipukul rata. Saya ngga tau definisi cantik yang absolut itu seperti apa. Putih? Tinggi? Langsing? Mancung? Apakah cantik itu cuma dilihat semata karena muka? Terserah pendapat dan penilaian orang seperti apa, yang jelas bagi yang sungguh-sungguh paham Teori Relativitas, mereka tidak akan lagi memaksakan kecantikan. Punya dua mata, satu hidung, satu mulut, dua telinga dan semua fiturnya baik sudah lebih dari cukup.

Saya belajar bahwa pintar itu juga relatif. Sesuatu yang tidak hanya diukur dengan indikator kapasitas kognitif, asal bisa ngitung beres perkara. Bahkan sejujurnya saya ngga tau berapa aspek yang mesti dikuasai seseorang sampai bisa dibilang pintar. Pintar masak, pintar nyanyi, pintar ngurus rumah, pintar betulin mesin mobil yang mogok, pintar bikin cerpen, pintar mendeskripsikan sesuatu, pintar main sepak bola, semua itu labelnya pintar. Pintar yang dicari tiap orang dalam diri orang lain berbeda-beda. Kalau semua orang di dunia ini paham Teori Relativitas, ngga ada orang tua yang memaksakan anaknya harus jadi rangking satu di kelas, harus piawai berhitung dan bicara lima bahasa.

Saya belajar bahwa lebih dan kurang pun sifatnya relatif. Ada orang yang sudah cukup hidup tanpa perlu milyaran rupiah di rekening. Ada orang yang bisa survive tanpa harus punya mobil mewah. Ada orang yang sudah merasa cantik tanpa perlu menambah di sana dan mengurangi di sini. Ada yang sudah merasa lebih dengan apa yang dimiliki tanpa merasa serakah. Tapi sebaliknya ada juga yang punya mobil empat biji plus pesawat pribadi masih kurang. Ada yang punya uang triliunan masih ngerasa miskin. Ada yang masih minder, masih protes sama Allah badannya kurang ini kurang itu, padahal melihat, bicara, mendengar dan berjalan semuanya normal. Ada yang masih merasa kurang meski sudah diberi berkelimpahan.

Ngga ada yang salah dengan Teori Relativitas, wong pada kenyataannya segala hal di dunia ini dinilai secara subjektif, jadi ya terima aja jatahnya. Pastinya juga ngga mentah-mentah diterima, tetep harus dibarengi usaha supaya level kita ngga stuck di situ saja. Kalau cuma terima, fisik biasa ya dibiarin, ngga dirawat. Kalau cuma terima, pinternya ngepas ya ngepas aja, ngga usaha belajar biar ilmunya nambah. Kalau cuma terima, ngga bakalan usaha kerja lebih keras biar rezeki mengalir terus. Berusaha menjadi lebih baik bukan kemudian menjadi serakah, pingine nambah, pingine ngrayah.

Intinya adalah syukurnya dikencengin, bro. Sehari ini aja, jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Relativitas dalam konteks ini mengajarkan bahwa kita ngga perlu memaksakan sesuatu yang sifatnya relatif dan subjektif. Ngga perlu dibesar-besarkan. Ngga perlulah sampai rugby tackle kanan kiri cuma karena merasa tersaingi. Disyukuri saja. Tentunya sambil tetap berusaha supaya apapun yang kita miliki jadi lebih baik dari yang sekarang.

Tapi sejujurnya saya sendiri pun masih harus banyak belajar soal ini kok :)

Monday, September 2, 2013

Sakau Buku (lagi)

Posted by Icha at 9:39 AM 0 comments
Terima kasih kepada Anggun Feranisa yang pagi ini telah bersedia sms untuk melaporkan prestasinya menamatkan seri terakhir The Alchemist, yaitu The Enchantress, dengan gemilang. Rasanya pengen saya ajak berantem anak ini, dengan semena-menanya dia membuat saya menginginkan buku baru!!!!!

Baru digituin aja saya udah kepengen buku baru, padahal wishlist saya sudah sepanjang ini...
  1. City of Lost Souls (The Mortal Instruments series, book 5) by Cassandra Clare
  2. Clockwork Princess (The Infernal Devices series, book 3) by Cassandra Clare
  3. Inferno by Dan Brown
  4. American Gods by Neil Gaiman
  5. Abandon by Meg Cabot
  6. Buku-bukunya Agatha Christie. Belum pernah baca satu pun, but I am sure I will give it a try. Kalo bagus ya beli lagi. Murko? Pancen!! XD
  7. Serial The Alchemist. Udah lama mupeng liat cover bukunya tiap main ke Gramed, tapi selalu maju mundur mau beli. Gara-gara si Anggun ini nie, jadi tambah mupeng. Tanggung jawab cuy!!
  8. Dan ratusan buku lainnya yang ngga pernah gagal bikin saya meleleh-leleh dan merasa miskin kalo lagi jalan ke Gramed/Togamas/Periplus/Kinokuniya

Padahal lagi, masih ada at least 8 buku (at least 8, aslinya entah berapa banyak :P) yang belum saya tamatkan...
  1. Clockwork Prince (The Infernal Devices series, book 2) by Cassandra Clare
  2. Matched by Ally Condie
  3. Men are from Mars, Women are from Venus by John Gray
  4. Kogoeru Kiba / The Hunter by Asa Nonami
  5. Defiance by C.J. Redwine
  6. Seraphina by Rachel Hartman
  7. The Night Circus by Erin Morgenstern
  8. The Geography of Bliss by Eric Weiner
Padahal lagi, lebaran kemarin sebagian THR sudah saya belanjakan dengan penuh napsu di Gramed dan Kinokuniya, dan buku hasil ke-kalap-an itu bahkan belum kebaca. Seriously, baca jurnal buat bahan tesis susahnya minta ampun, giliran liat novel aja matanya ijo.

Tapi tapi tapi, namanya juga Icha XDDDDDD
 

Confessions of A Not-It Girl Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea