Monday, February 25, 2013

As for Me, Still This Is The Same World

Posted by Icha at 5:14 AM 0 comments
どんなに怖くたって目を逸らさないよ
全ての終わりに愛があるなら


Donna ni kowakutatte me o sorasanai yo
Subete no owari ni ai ga aru nara

However great the fear, I will not look away
If at the end of everything, there is love

_Sakura Nagashi - Utada Hikaru

Saturday, February 23, 2013

What Is In A Name? --> Kebiasaan Alay :P

Posted by Icha at 6:57 AM 0 comments
Karena powerpoint Genmol udah beres, pagi ini saya bingung mau ngapain di depan lepi. Tumblr-an males, twitteran enak dari bb, fb belum ada yang online, tapi nyusun makalah Virologi belum ada mood. Jadinya saya iseng ngebukain blognya pacar, ngebacain tulisan jaman dahulu kalanya dia (mateng aku, wonge bakalan moco ki. Ketauan deh. Moga-moga ntar ngga kena jitak :D). Dan tau-tau saya nemuin postingan dia tentang nama sepedanya. Kemudian saya nyengir sendiri karena saya juga punya kebiasaan yang sama, ngasih nama ke barang-barang :))

Sebenernya sih lupa sejak kapan kebiasaan alay itu berlangsung. Waktu kecil cuma sebatas ngasih nama ke boneka. Kalau ke barang-barang, hmmmm... Kayanya sih sejak S1. Saya mulai suka ngasih nama ke gadget, terus ke motor, mobil sampe diary. Bukannya apa-apa sih, biar enak aja manggilnya. Lagian namanya juga simpel-simpel kok, kalo ngga berdasarkan warna, modif dari merek barangnya, palingan copas dari nama karakter di anime, just like my boyfriend named his bike :P

Yah di antaranya kaya begini nie, dua hape lama saya namanya Benihime (紅姫) sama Sode no Shirayuki (袖白雪). Benihime artinya crimson princess, itu nama zanpakutou-nya Urahara, yang suka BLEACH pasti tau. Kalo Sode no Shirayuki, panggilannya Yuki-chan. Yang ini nama zanpakutou-nya Rukia, artinya sleeved white snow. Lepi kesayangan saya namanya Tsubaki (椿), artinya bunga camelia. Diary saya namanya Midori-chan () karena warnanya hijau.

Yang lucu waktu saya ngasih tau nama motor saya ke si pacar. Dengan bangganya saya bilang,"Motorku dong, namanya si Kuro, nama lengkapnya Kuroko no Basket". Dia masang ekspresi -______- dan bilang "Kirain namanya bakalan keren, ternyata...". Muahahahahaaa :))))

Daaaannn begitulah cerita kebiasaan alay saya pagi ini. Berhubung ntar ada presentasi jam 8, saya mau sarapan dulu. Kyou wa tanoshinde kudasai!! XD

Sunday, February 17, 2013

Hijau, Biru, Merah, Hitam

Posted by Icha at 3:01 PM 0 comments
Hijau.
Untuk setiap hari yang terlewati. Untuk kejadian sederhana yang membuat saya tertawa. Untuk hal-hal kecil yang tertangkap mata dan telinga. Untuk setiap detail yang disyukuri. Untuk peristiwa yang biasa, sangat biasa, tapi terasa istimewa.



Biru.
Untuk kesedihan dan air mata. Seperti keluhan yang saya titipkan pada langit agar sampai pada awan, supaya nanti jatuh dibawa hujan. Atau seperti ganjalan yang saya hanyutkan ke laut, supaya dibawa ombak. Pergi dan tidak kembali, agar rasa sedih dan sakit tak perlu datang lagi



Merah.
Untuk ungkapan setiap rasa jengah dan marah. Untuk luapan emosi yang membakar hati seperti api. Seperti kobaran yang menunggu dipadamkan. Untuk kata-kata yang tertahan dan tak terucapkan, tapi menuntut pengertian. Sekali lagi, hanya menunggu dipeluk dan dipadamkan. Menunggu dia yang cukup berani memeluk dan memadamkan.



Hitam.
Untuk kamu. Untuk setiap huruf, kata, ekspresi yang hanya aku yang tahu.






*harus beli diary lagi*

Saturday, February 16, 2013

Me and The absurdity of My Assignment (Kepengennya Sambat)

Posted by Icha at 9:44 AM 0 comments
Mahasiswa yang minta dikeplak panci adalah mahasiswa yang tau dan sadar sepenuhnya bahwa tugasnya banyak dan belum pada beres tapi malah ngeblog saking pusingnya. Dan mahasiswa itu adalah saya.

Saya harus ngerjain dua jenis tugas buat mata kuliah wajib Karier Bioteknologi yang dikumpulin Selasa depan. Yang pertama ngerangkum semua kuliah tamu dan bikin analisis SWOT. Kedua, dan yang lebih parah, bikin makalah (atau paper atau esai atau apalah namanya itu) tentang rencana mau jadi apa setelah gelar M.Biotech nyangkut di belakang nama (aaamiiinnn ya Allah...).

Makalah atau entah apa namanya itu dipatok maksimal sepuluh halaman dan saya bahkan belum dapet dua halaman, tapi kepala rasanya udah kaya diacak-acak. Ngeblank parah. Ngga tau mau nulis apa. Masalahnya, yang pengen saya lakukan selepas S2 ngga ada di antara pilihan yang mesti dibahas. Padahal kalo pilihan itu ada, saya pasti lebih gampang nulisnya karena udah terancang dengan jelasnya. Hahahahaaa :))

Bagian paling parah dari semua ini adalah keabsurdan dan keabstrakan tugas ini membuat saya kepengen ngeluh. Nggrundel. Sambat.

Sambat ke orang yang spesifik, lebih tepatnya.

Jadi sejak setengah jam yang lalu udah ngga keitung berapa kali saya pegang hape, unlock phone, masuk ke message, ngebuka conversation antara saya sama dia dan siap ngetik sms yang isinya sambat ngga jelas ke dia.

Tapi tiap kali ini jari udah siap ngetik sms, monolog ini juga selalu terjadi.

Another me : Mau sambat lagi, Cha?

Me : Iya.

Another me : Ealah nduuuuk, kowe ki lho. Opo-opo ditandangi dhewe, garapan digarap dhewe, ning mung koyo ngene wae kepingine kok sambat. Opo yo ora mesakke sambatanmu. Sambatanmu ki yo kesel saben dino mbok sambati.

Me : *mencet tombol back berkali-kali sampe balik ke home screen --> lock phone*

Yah, begitulah. Dan akhirnya ngga jadi sambat.

Ayolah Cha, wong ya biasanya betah ngerjain sendiri. Masa beginian doank bawaannya kepengen sambat.

*sigh*

Dah ah, ayo dikerjain lagi tugasnya.






(Mungkin sebenernya saya ngga kepengen sambat. Cuma pengen dia tau saya lagi bingung ngerjain tugas. Tapi kalo kaya gitu diitung sambat... Yasudalah)

Friday, February 15, 2013

Ordinary Day - Vanessa Carlton : For Our 'Everyday'

Posted by Icha at 5:57 PM 0 comments
Just a day, just an ordinary day
Just trying to get by
Just a boy, just an ordinary boy
But he was looking to the sky
And as he asked if I would come along
I started to realize
That every day he finds just what he's looking for
And like a shooting star he shines

And he said
Take my hand
Live while you can
If we walk now we will
Divide and conquer this land
And as he spoke, he spoke ordinary words
Although they did not feel now
For I felt what I had not felt before
And you'd swear those words could heal
And as I looked up into those eyes
His vision borrows mine

And I know he's no stranger for I feel
I've held him for all of time
And he said
Take my hand
Live while you can, now
And if we walk now we will
Divide and conquer this land
Divide and conquer this land
Divide and conquer this land
Please come with me
See what I see
Touch the stars for time will not flee
Time will not flee
And you must be
Just a dream, just an ordinary dream
As I wake in bed
And the boy, that ordinary boy
Oh was it all in my head?

Didn't he ask if I would come along?
It all seemed so real
But as I looked to the door I saw that boy
Standing there with a deal
And he said
Take my hands
Live while you can
And if we walk now we will
Divide and conquer this land

Divide and conquer this land
Divide and conquer this land
Just a day, just an ordinary day
Just trying to get by
Just a boy, just an ordinary boy
But he was looking to the sky

Our everyday is just ordinary.
Ordinary but meaningful, am I right? :))




Lyrics source : here

Saturday, February 9, 2013

A One-or-Two-Week Serial of Stories

Posted by Icha at 10:14 AM 0 comments
~Part 1~
#nowplaying Bohemian Rhapsody - Vitamin String Quartet (tribute to Queen)

Ujian Akhir Semester yang mengharuskan saya duduk di ruang pesakitan (merujuk istilah Resta) SELESAI. 90% ngerasa ngga yakin hasilnya bakal, jangan bilang perfect deh, sesuai harapan. Ah, tapi namanya juga maba semester 1, kalopun nilainya ngga bagus" amat ya mari kita pake excuse paling banter, yaitu masih masa adaptasi. Muahahahaaa :))

Yah, walaupun begitu saya berterima kasih sama semua pihak yang telah membantu melengkapi 'amunisi' saya selama ujian. Amunisi fisik, mental dan doa pastinya. Buat sohib" yang berinisiatif ngajakin belajar bareng pastinya. Oiya, jadi inget hari Senin dua minggu yang lalu. Siangnya kami seangkatan baru melalui ujian Biologi Sel yang... menyakitkan hati. Terus malamnya saya dan tiga orang temen seperjuangan senasib sepenanggungan BMS (Resta, Bimbim, Yeni) belajar bareng di Dunkin Jakal buat ujian keesokan harinya. Ditemani donat dan secangkir hot chocolate (saya), kopi (Bimbim), dan entah ada minumnya Resta sama Yeni, kami nguplek-nguplek mekanisme biosintesis terpenoid, IPP-DMAPP, ngeliatin penggabungan kepala-ekor, nekuk" struktur squalene, dan berbagai kerangka karbon yang bikin otak jadi keriting. Alhamdulillah-nya, besoknya semua yang kami pelajari keluar SEMUA dan alhamdulillah-nya lagi, yang keluar itu yang gampang-gampang. Jadilah hari Selasa, 29 Januari 2013 dinobatkan sebagai hari tersukses kami sepanjang UAS. Bayangin, ngerjain ujian hanya dalam waktu 30 menit dan keluar dengan muka sumringah!! Gelaaaaaaaaaaa... XD

Ehm, pastinya makasih juga buat yang udah nemenin belajar selama ujian, baik nemenin belajar bareng di kosan ataupun dari jauh. Makasih ya Mas... ^_^

Eeeeehhh, tapi blum bisa seneng" loh Cha. Masih ada presentasi jurnal Genmol sama makalah Karir Biotek yang abstrak ituuuu!!!! #kemudianhening #kehilanganekspresi


~Part 2~
#nowplaying Bittersweet - The Piano Guys feat. Spencer Schmidt

How does it feel when your precious one tells you something great, so damn great that it's strong enough to make your heart explode. That kind of explosion which is caused by (and contained with) admiration, happiness, fear, pain, tears, and above all, love.

All of them, all of those feelings was covered by love. I don't know why I'm saying this right now, but I'm totally sure it was. And in our facebook chat that night, I told him so. I told him I loved him, with smile emoticon following my words. But he didn't know I was crying while doing that. I couldn't even anticipate those tears. I realised it just after my cheeks got wet.

All those feelings, the admiration, happiness, fear, even the love is all cliché. Whatever. The point is I was afraid to lose him. And on that Thursday, I tried my best not to show him, not to tell him. I thought I successfully managed it because I was focusing my mind on Enzymology presentation. But after I left the stage, I felt empty. Oh I forget to mention, he was there. He came to watch me presenting my article even though he didn't take the class. He sat right next to me and for the first time his presence stroke me with a terrible pain.

So, he finally found that there was something wrong with me. He kept asking, I kept not answering. The news was great, I knew he was so happy that he chose to tell me, hoping that I would be happy for him as well. How could I break his heart by telling him how I exactly felt? That's cruel. But he kept asking and finally I told him. I told him all those cliché and then the pain was totally gone. I just realised that the most important thing in this case is he already knew what I felt and it was enough. He even asked me "Do you want me to promise you something?" and I replied "No, just don't. If you make a promise then you fail to keep that, it will terribly hurt".

Then he said some words and somehow those words seemed like promises to me. The fact is I was afraid to lose him and you know what, I still am. But no matter what happens, the promise has been said. And when I start to feel afraid, when the fear strikes me once again, all I need to do is just having faith. Believing that someone already keeps my wings unbroken. I know he's trying his best. All I need to do is to trust Allah. And him ^_^


~Part 3~
#nowplaying Good Time - Owl City & Carly Rae Jepsen

Masih hari Kamis yang sama, sepulang presentasi Enzimo, saya berusaha bayar SPP ke bank, tapi gagal gara" sistemnya offline. Apa-apaan coba, manusia ngantri segitu panjang tapi sistem offline mulu. Bah, merugikan konsumen -____-

Akhirnya jadilah saya luntang-lantung di kosan. Kalo ngga inget sore itu saya bakal ketemu empat temen S1 (Dea, yang selanjutnya akan kita panggil Decrut, Wida si Teteh, Tante Meli sama Papy Kholis), mood saya mungkin bakalan lebih ngacak lagi. Jam dua kurang, si pacar dateng ke kosan. Ngobrol (iya, ngobrol) bentar, abis itu capcus. Nah, si Decrut ini ngajakin ketemuan di Benteng Vredeburg di Malioboro sono. Saya ama si pacar mikir, udah jalanan ruwet, masih mesti nyari helm pula. Akhirnya kami putusin naik busway aja. Panas-panasan, belum makan, bikin jarak dari kosan ke halte rasanya jauuuuuhhhh banget. Hahahaha... :))

Akhirnya setelah melewati perjalanan panjang (halah, lebay), sampailah kami di Benteng. Di sana sudah menunggu si Decrut Ucrut sobat saya yang bulet-imut. Hihihiiii... Piss Dee, gw juga bulet kok :P Kami pelukan kaya Teletubbies dan kami ketemu Papy, Tante sama Teteh di museum. Langsung menggila semacam jaman S1, jejeritan, saling ngegodain dan pastinya laaahhh, narsong :D Oiya, selain mereka ada dua temen lagi, namanya mas Eko n Ari. Kalo mas Eko orangnya koplak, mirip kaya Papy. Kalo Ari orangnya pendiem, tapi sebenernya bisa diajak becanda juga :))

Abis itu kami sholat asar, terus jalan sambil foto" dan karena saya ama pacar udah kelaperan tingkat dewa akhirnya nyari tempat makan. Karena pusing mau makan di mana, akhirnya kami milih makan di Raminten Mirota Batik. Saya belum pernah makan di Raminten situ, jadi bolehlah nyoba, walau agak" ngeri. Emm, ngga usah diceritain ya gimana kami di sana, intinya mah kami makan sambil ngobrol gitu. Hehehe...

Abis makan kami muter bentar di Mirota, terus abis itu karena udah mau maghrib dan sejujurnya saya udah sakit kepala, saya ama si pacar ijin pulang duluan. Sebenernya ditahan-tahan sama anak-anak ngga boleh pulang, soalnya Om Fikar mau nyusul. Cuma gimana ini badan menuntut haknya untuk nglekar. jadilah saya diijinin pulang dengan diancam Papy harus ikut kumpul-kumpul di Solo hari Sabtu, kalo ngga dicoret dari daftar nama anak. Heeeeuuuuu...


~Part 4~
#nowplaying Danshi Koukousei to Tomodachi no Heya - Ost. Danshi Koukousei no Nichijou
 
Hari Sabtunya, saya dapet tugas negara dari Bos Besar. Hahahaha... Pulangnya beres-beres bentar di kos abis itu dijemput Papah dan kami capcus ke Solo. Sampe Solo... Ah, jujur saya males cerita. Intinya ngga jadi ketemuan sama temen-temen gara-gara acaranya ngga jelas. Tambahan lagi, saking keburu-burunya, saya ke Solo bawa laptop tapi ngga bawa chargernya. Mana pas dinyalain batre laptop cuma bisa bertahan sejam. Gagal sudah nyicil tugas. Heeeuuuu... Oke baiklah, ambil sisi positifnya. Kali emang sama Allah saya ngga boleh mikirin tugas dulu. Jadilah malem itu saya minta diurut Yangti. Urut sebadan. Hailnya? Badan njarem-njarem tapi mood ada di awang-awang XD

Mood yang ada di awang-awang itu saya manfaatin buat me-time. Ngga sehari penuh sih, cuma paling dua jam. Saya jalan kaki dari rumah ke Solo Square (yang kira-kira jaraknya dari kosan ke Mirota Kampus) dan nonton Hansel & Gretel Witch Hunters. Keren banget filmnya, cumaaaa violence-nya lumayan banyak dan terekspos, pantes kalo ratingnya dewasa. Ironisnya, banyak orang tua yang nonton film itu dengan membawa anak-anak mereka yang kira-kira masih seumuran SD. Hadeeeeehhhh...


~Part 5~
#nowplaying I Won't Give Up - Jason Mraz

Him : I haven't told him [his boss] what my truly reason is.

Me : The low-lying fruit?

Him : It's not.

Me : Then what is it?

Him : You.
 

Confessions of A Not-It Girl Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea