Di tengah Workshop yang setengah-seru-setengah-mumet-setengah-boring, tadi di kampus saya ngobrol dengan dua cowok yang tergolong 'terpandang' di kelas. Entah gimana awalnya, kami ngobrol tentang mimpi dan target hidup masing-masing. Ngga nyangka, obrolan ini terdengar biasa tapi rasanya luar biasa.
Sungguh, dua cowok terpandang ini, punya mimpi yang begitu tinggi. Mimpi yang ngga pernah terpikirkan oleh saya, yang luput dari kalkulasi saya, yang ngga pernah saya bayangkan sedikit pun.
Dan mendengar mimpi yang diceritakan secara singkat oleh keduanya, saya menyadari sesuatu.
Ternyata mimpi sayalah yang paling sederhana.
Saya tuturkan mimpi terbesar saya pada mereka. Highest goal yang sangat saya amini, yang ingin saya wujudkan dengan sempurna. Prestasi tertinggi yang kalau tercapai (insya Allah) akan jadi hal paling prestisius yang saya miliki.
Tapi ternyata itu pun terdengar sederhana. Bahkan oleh saya.
Serius. Saat itu saya merasa minder, kagum, sekaligus bangga. Minder karena mimpi saya tak pernah setinggi mereka. Kagum karena ternyata saya dikelilingi orang-orang hebat yang punya mimpi hebat. Tapi di atas semua itu, saya sungguh merasa bangga. Bangga karena mimpi yang sederhana. Bangga karena saya punya mimpi yang saking sederhananya mungkin justru ngga terpikirkan oleh orang lain. Atau kalaupun terpikirkan, mereka mungkin tidak menjadikan hal itu pencapaian tertinggi yang layak diperjuangkan.
Meski begitu, saya bener-bener berterimakasih pada dua pangeran di angkatan 2007 itu. Mereka kembali membuka mata saya, mencambuk saya untuk berani bermimpi besar. Berani mematok suatu pencapaian dan memperjuangkannya. Walau mungkin mimpi saya akan tetap sederhana, tetap mempertimbangkan jangkauan kemauan dan kemampuan, tapi saya menghargai motivasi yang secara ngga langsung mereka suntikkan. Bahwa coretan sekali lagi harus menghiasi daftar mimpi.
Mimpi adalah kunci untuk menaklukkan dunia. Dan bagi saya, harga sebuah mimpi bukan diukur dari seberapa tinggi mimpi itu, tapi seberapa kuat mimpi itu memberikan efek bagi sang dreamer. Seberapa besar mimpi itu memotivasi pemimpinya untuk memperjuangkan sampai tercapai. Dan titik poin yang selalu saya usahakan untuk ingat adalah: tanpa keikhlasan, mimpi setinggi apapun tidak ada harganya.
Dan, alhamdulillah, satu coretan lagi insya Allah menghiasi daftar mimpi saya. Walaupun kepastiannya baru turun akhir semester 6 ini. Hehehehehe.....
P.S. Special thanks buat Mas Betha en Om Fikar yang menyuntik aku untuk jadi hebat seperti kalian. Salut!!
January Makeup Entry
2 years ago
2 comments:
benar cha, hidup ini tidak ada artinya jika tidak ada impian yang harus diraih :)
sepakat banget, rif.....
^_^
Post a Comment