Tuesday, September 8, 2009

Coretan Pertama

Posted by Icha at 2:53 PM
Hari ini bisa dibilang 'one of the best days of my life'. That's because this day I've (finally) got the first mark on my dreamlist!! Yup, hari ini coretan pertama itu nongkrong di no. 22, dengan kata lain mimpi no. 22 saya udah tercapai.

Jadi sebenarnya mimpi itu sudah tertulis dalam list saya sejak semester 4 yang lalu. Nah, kisah perwujudan mimpi itu berawal dari ajakan temen saya, Fikar, yang dia utarakan pada saya menjelang liburan.

"Cha, daftar jadi asisten biokim [biokimia], yuk," kata dia waktu itu.

Saya ngangguk dan tanpa pikir dua kali mengiyakan ajakannya. Secara jadi asisten emang ambisi saya sejak dulu, tapi belum kesampean gara-gara kendala jadwal. Makanya mumpung ada yang ngajak ya saya iyain. Siapa tau di sanalah peruntungan saya terbuka. Waktu liburan ngga lupa saya bicarain rencana mewujudkan mimpi ini sama Mama. Mama dengan senang hati menyetujui dan pastinya mendoakan saya. ^_^

Awal semester 5, keributan KRS-an yang lumayan bikin emosi nyaris menggagalkan mimpi itu. Karena kuliah jadi prioritas utama, otomatis saya ngambil MKP [Mata Kuliah Pilihan] yang sesuai ama minat dan (insya Allah) bakat. Salah satu yang saya ambil adalah mata kuliah Patogenesis Bakteri (selanjutnya disingkat PB). Ngga tau kenapa, kaya ada sesuatu di mata kuliah itu yang 'memanggil' saya (halah, lebay). Di jadwal, PB jatuh pada hari Senin jam ke-7 & 8. Eh, taunya jadwal praktikum biokim juga hari Senin mulai jam ke-8. Itu artinya jam PB saya bentrok dengan jam praktikum biokim. Wah, udah pesimis saya. Terus saya berniat ganti mata kuliah, ambil Bioinformatika yang ngga bentrok biar bisa ngasistenin. Tapi di saat saya nyaris melaksanakan niat itu, nasihat bijak sahabat saya, Dea, menyadarkan saya. Katanya,"Cha, ngapain sih, elo pake bela-belain ambil matkul yang lo ngga suka? Daripada ntar lo ngga enjoy kuliah terus nilai lo ngga maksimal. Udahlah, mending ambil yang lo suka aja. Soal ngasistenin ya mungkin belum rejeki." Jujur aja, saya emang ngga minat (dan ngga bakat) dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan komputer. Akhirnya saya bertahan dengan rencana semula, tetep ambil PB dengan segala risikonya.

Usai KRS-an, beberapa hari kemudian saya iseng nengok papan pengumuman. Ternyata udah ditempel 'urgently required' untuk asisten biokim. Saya nyaris bersorak ketika satu kalimat membuat balon harapan di dada saya kembali mengempis.

Tidak mengambil mata kuliah lain pada jadwal praktikum Biokimia.

Selesai sudah, batin saya. Dengan ini saya bener-bener ngga bisa jadi asisten biokim. Walau kecewa, saya tetap tersenyum dan berusaha ikhlas. Sepulang kampus, saya segera telepon Mama. Saya ceritain tentang pengumuman tadi, terus saya bilang, saya pasrah aja (mengingat ambisi terpendam yang ngga kunjung terlaksana ^_^). Saya ikhlas kalau nyatanya semester ini saya lagi-lagi gagal jadi asisten. Mama setuju 100% dan ngasih pesan cinta plus berbagai motivasi supaya saya ngga menyerah dan terus berjuang. Dan saya emang ngga menyerah kok. Saya lampiaskan ambisi itu dengan mengisi aplikasi untuk asisten mata kuliah lain yang kebetulan jadwal saya free.

Tapi teori Quantum Ikhlas-nya Erbe Sentanu emang bukan bohong belaka. Allah SWT memang tau pasti keinginan hati saya yang terdalam. Kebetulan dosen PB dan dosen biokim adalah orang yang sama. Nah, di jadwal tertulis kuliah biokim (untuk semester 3) adalah jam ke-6 & 7, sementara kuliah PB kebagian jatah jam ke-7 & 8. Otomatis ada bentrok di jam ke-7, kan? Karena sang dosen ngga mau ngorbanin salah satu, jadilah kuliah PB dipindah ke hari Jumat. That means hari Senin jam ke-7 & 8 saya kosong!! Artinya lagi, saya punya kesempatan jadi asisten biokim. Ucapan syukur Alhamdulillah ngalir berulang kali dari mulut saya. Hari berikutnya saya langsung nemuin sang dosen dan menyatakan diri ngedaftar jadi asisten. Dengan senang hati dosen itu menyodorkan notes dan minta saya menuliskan nama. Alhamdulillah, prosedur dipermudah, ngga perlu nunjukin fotokopi KHS dan ribet-ribet lainnya. Di kelas, saya langsung ngasih tau Fikar supaya segera nyusul ngedaftar. Ngga nunggu lama, Fikar nitip daftarin ke seorang teman lain yang juga mau ngedaftar. Di rumah saya telepon Mama lagi untuk ngasih tau perkembangan ngga terduga ini dan minta doa supaya (syukur-syukur) bisa keterima.

Setelah itu, jujur, saya ngga terlalu mikirin lagi apakah saya keterima atau ngga. Cuma entah kenapa hari ini saat berangkat ke kampus saya membatin dalam hati, sepertinya menyenangkan kalau hari ini daftar asisten yang lolos diumumkan dan saya termasuk salah satu di antaranya. Saya hampir tersenyum sendiri dan melanjutkan perjalanan tanpa mikirin hal itu lagi. Namun keajaiban ikhlas ngga berhenti mendatangi saya. Sampai di kampus saya ngecek ke papan pengumuman dan menemukan daftar asisten biokim yang lolos. And guess what, nama saya terpampang di sana, di urutan pertama. Langsung bisa saya temukan tanpa susah-susah mencari. Saya ngga bisa menahan senyum dan mengucapkan syukur entah berapa kali. Saya langsung telepon Mama dan ngirim SMS ke sahabat saya nun jauh di sana (they were the first two people whom I shared my happiness with ^_^). Dan alhasil hari ini saya senyuuummm terus. Sampai rumah saya hias dreamlist dengan coretan pertama di nomor 22. Alhamdulillah.....

Mungkin bagi sebagian orang, bermimpi jadi asisten praktikum ngga masuk hitungan. Bahkan mungkin ada yang menganggap cuma jadi asisten aja kok bangga. Well, itu memang mimpi yang ngga seberapa. Ngga dipungkiri, jadi asisten praktikum honornya ngga seberapa, paling cuma ketambahan sertifikat. Imbalannya bisa dibilang ngga asyik, belum tambah capeknya ngasistenin sampai sore, ngadepin praktikan yang banyak tingkah, melawan bad mood setelah seharian beraktivitas, disusul tanggung jawab ngoreksi pretes dan laporan. Baaahhhh.....

Anyway, kebahagiaan sesungguhnya adalah mendapatkan apa yang tak terlihat. Siapa yang ngga bangga dapet kepercayaan dari dosen meng-handle praktikum (yang kadang-kadang diselenggarakan tanpa kehadiran mereka), ditanyai praktikan ini-itu, belajar bikin soal pretes dan responsi, belajar nyiapin reagen dan cara menanganinya, dapet extra-time make jas lab ('pakaian kebesaran' yang bikin saya selalu merasa jadi dr. Meredith Grey di Grey's Anatomy tiap kali memakainya^_^) dan yang ngga kalah membanggakan, penghargaan dari praktikan kalau kita sukses membimbing, mengajari, dan menjadi asisten yang baik buat mereka. Semua itu adalah imbalan yang sesuai untuk profesi asisten praktikum. Hehehehehe..... :-D

Dan yang lebih penting, saya bisa meneruskan jejak alm. Opa yang dulunya juga jadi asdos waktu kuliah. ^_^

Well, 3 pelajaran saya dapatkan hari ini: sabar, ikhlas, ngga menyerah. Semoga saya ngga pernah melupakan tiga hal itu supaya ngga perlu menunggu lama untuk mencoreti dreamlist lagi.

P.S: buat Fikar & Alfin, congratulations, guys!! Moga kita bisa bekerja sama dengan baik yaaa..... Buat Mba Ana, Mba Mus, Mba Mita, Mba Sari, en Mba Nungma, mohon bantuannya..... ^_^

0 comments:

 

Confessions of A Not-It Girl Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea