Melanjutkan cerita petualangan saya di Bali waktu liburan kemarin, saya ngga cuma jalan-jalan ke Bird Park aja loh. Saya sempat juga ke Pasar Sukawati. Tau kan, Pasar Sukawati adalah pusat oleh-oleh terkenal yang menjual berbagai macam suvenir dengan harga murah. Kalau jago nawar, kita bisa dapat banyak barang tanpa kena kanker (alias kantong kering). Saya dan sepupu-sepupu juga membeli oleh-oleh buat teman-teman di kampung halaman. Mama tentu saja didaulat jadi seksi nawar. Dan berhasillah kami membawa segepok barang cantik untuk dibawa pulang.
Kami ke Bali ngga cuma buat traveling dan belanja aja, karena tujuan kami sebenarnya adalah menghadiri pernikahan Om saya. Saya kagum sekali melihat persiapan pernikahan mereka. Ada panggung tempat sesaji, rangkaian bunga, dan kain warna-warni yang menghiasi seluruh rumah. Rasanya saya ikut jadi orang Bali! Ngga terlewatkan, satu set gamelan Bali yang sudah saya bayangkan akan mengalunkan melodi Bali yang indah dan sedikit bernuansa mistis itu.
Pada hari H, Om saya, Om Nino, dan calon istrinya, Tante Eka tampil sangat.... keren! Mereka memakai kain tenun Bali asli (yang katanya berat banget). Tante Eka lebih hebat lagi. Hiasan kepalanya yang menjulang tinggi layaknya putri penari Legong itu membuat Tante tampak cantik sekali. Saya dan para sepupu cewek ngga mau kalah. Kami langsung mengenakan baju terbaik dan bercantik-cantik hari itu. Ngga lupa kami juga foto-foto bareng Om dan Tante. Bisa juga saya berfoto dengan pengantin tradisional Bali!!
Sebelum hari beranjak siang, diputuskan prosesi pernikahan segera dimulai. Sudah ada Pedande (pendeta Hindu) yang siap memimpin jalannya prosesi. Saya dan Mas Elang mengambil foto jalannya prosesi. Prosesi ini sangat rumit, panjang, dan punya urut-urutan tersendiri. Saya sendiri bingung dan lupa kalau disuruh menjelaskan jalannya upacara itu. Tapi yang pasti saya sangat menikmati prosesi tersebut. Doa sang Pedande, bunyi lonceng berdenting, berbaur dengan alunan gamelan Bali sehingga suasana jadi khusuk dan religius. Saya baru tau, ternyata pengantin melakukan ritual pernikahan dua kali. Yang pertama sebutannya di Pendapa Bawah dan yang kedua di Pendapa Atas. Pedandenya berbeda, jalannya ritual pun berbeda.
Selesai upacara, acara beranjak pada ramah-tamah. Para tamu dipersilakan mengambil makanan kecil dan menikmati sajian tari topeng. Pada mulanya saya ngeri melihat tarian itu, terutama karena topengnya. Tapi setelah saya tau esensi tarian itu, saya jadi ngga takut lagi. Ternyata tari topeng menggambarkan sifat-sifat manusia. Ada yang baik, ada yang jahat. Setelah menari, para penari tadi melawak untuk menghibur para tamu. Tapi karena mereka bicara dengan bahasa Bali, saya jadi ngga terlalu paham.
Ini beberapa dari foto yang saya ambil waktu prosesi pernikahan berlangsung. Kelihatan khusuk banget kan?
Ini ada foto saya dan para sepupu cewek bareng Tante Eka. Liat deh, mahkotanya Tante. Bunga-bunga di situ dipasang satu-satu dari jam 4 pagi loh! Kebayang beratnya. Kalau yang satu lagi, itu foto salah satu penari topeng. Penari itu menari dengan banyak gerakan jari dan gerakan patah-patah. Liat aja jarinya yang lentik itu. Ngga kalah luwes sama cewek ya!
Untuk part 2 ini, segini dulu. Tetep tongkrongin blog saya untuk tau kelanjutan petualangan saya di Bali. ^_^
Ada yang bilang musik itu kebutuhan rohani yang sekunder. Tapi buat saya pendapat itu sama sekali nggak berlaku. Musik adalah kebutuhan primer saya. I can't live any single day without songs and music. Tanpa musik, kebayang, garing banget hidup saya.
Dari kecil saya udah akrab banget sama musik dan lagu. Ngga heran, itu karena Mama dan Papa rajin banget menjejali kuping saya dengan berbagai jenis musik. Makanya waktu kecil saya suka segala rupa musik. Klasik ayo, pop oke, lagu anak-anak boleh, qasidahan mari, gamelan khas Jawa monggo, bahkan musik-musik yang aransemennya nggak biasa pun saya simak dengan sepenuh hati. Tau siapa musisi favorit saya waktu masih TK? Michael Jackson!! Hehe.....
Orang-orang yang punya pengaruh besar pada kecintaan saya terhadap musik terutama memang Papa dan Mama. Mama suka nyanyi dan hobi banget nonton film musikal. Kalau Papa suka mengoleksi lagu-lagu yang 'nggak biasa' sejenis Enigma, Secret Garden, dll. Tapi jangan salah, hampir seluruh keluarga saya merupakan pecinta musik. Oma saya merupakan penyanyi legendaris keluarga (wuedeh.....). Beliau masih hapal lagu-lagu zaman Jepang dan suaranya memang bagus. Sedangkan tante saya dulu pernah les piano bareng Mama. Dua sepupu saya yang cowok sama-sama belajar drum dan adik mereka yang paling kecil sejak umur setahun selalu joget kalo disetelin kaset. Sekarang umurnya tiga tahun dan cepet banget hafal lagu-lagu yang dia dengar.
Secara pribadi, musik bukan saja jadi penghias hari-hari kehidupan saya. Musik adalah sarana yang efektif buat menyalurkan mood saya. Entah senang, sedih, bete, jengkel, marah, cemburu atau apapun yang saya rasakan bisa tergambar dalam lagu-lagu yang saya puter. Jadi kalau saya masuk kamar dan dengerin Beautiful World-nya Utada Hikaru atau Nolita Fairytale-nya Vanessa Carlton, bisa dipastikan saat itu mood saya lagi bagus-bagusnya. Atau bolehlah ngeledekin saya kalau tiba-tiba denger saya nyanyiin lagu Dua Hati Menjadi Satu-nya Gita Gutawa karena saat itu mungkin saya lagi jatuh cinta. Tapi jangan coba mengusik saya yang sedang dengerin lagu-lagunya Linkin Park dengan volume kenceng karena itu artinya saya lagi asli ngamuk!!
Lagu dan musik juga bisa jadi penanda suatu peristiwa. Ya mirip-mirip soundtrack film gitu lah. Harus saya akui, banyak peristiwa penting dalam hidup saya jadi unforgettable gara-gara lagu yang secara ngga sengaja jadi theme song peristiwa itu. Contohnya waktu saya ikut Up Grading HIMABIO. Waktu itu salah seorang kakak tingkat saya muter lagu Permintaan Hati-nya Letto. Sampai sekarang kalau saya denger lagu itu, saya langsung ingat suasana waktu Up Grading.
However, kadang-kadang saya sengaja muter suatu lagu untuk mengingat momen yang terjadi sama saya. Jadi saya sengaja mencari lagu yang cocok sama kejadian yang saya alami dan akhirnya lagu itu malah selalu mengingatkan saya akan kejadian tersebut. Waktu saya nggak sengaja ketemu seseorang yang spesial di Jogja, lagu yang terbayang di benak saya setelah kejadian itu adalah lagu dari See-Saw yang judulnya Kimi Wa Boku Ni Niteiru. Lagu dan kejadian itu jadi identik sampai sekarang.
Ngga berhenti sampai situ loh pembicaraan saya tentang lagu dan musik. Soalnya masih banyak alasan kenapa saya nggak bisa lepas dari musik. Saya nggak bisa belajar tanpa musik. Nggak tau kenapa musik bikin saya jadi lebih inspired, baik dalam belajar ataupun dalam hal lain yang membutuhkan kreativitas seperti bikin puisi, nulis, bahkan bikin laporan dan ngetik makalah! Lucu ya? Nggak cuma itu, kalau saya lagi sakit, saya biasa dengerin lagu-lagu soundtrack film Disney favorit saya sambil tidur-tiduran. Kalau akhirnya saya ketiduran, tidur saya bakal jadi lebih rileks dan waktu bangun biasanya langsung mendingan.
Buat saya, lagu juga bisa jadi sarana belajar. Saya belajar bahasa Inggris salah satunya dari lagu. Dengan dengerin lagu, perbendaharaan vocabulary saya nambah. Saya juga belajar banyak ungkapan baru yang puitis dari lagu-lagu itu. Ini mungkin karena waktu saya les dulu selalu ada acara listening. Selain mempertajam pendengaran juga menambah vocabulary. Keren kan?
Soal kesukaan, saya suka lagu-lagu yang aransemennya keren dan liriknya bagus. Saya cinta banget sama lagu-lagu yang aransemennya diwarnai nuansa akustik gitar, juga piano dan biola. Yui, OneRepublic, dan Avril Lavigne adalah penyanyi/band yang kebanyakan lagunya memenuhi kriteria ini. Saya juga suka lagu-lagu ber-genre soundtrack karena bikin saya membayangkan adegan atau tokoh-tokoh dalam film tersebut. Kalau lirik, saya suka lirik lagu yang ngga terlalu lugas, tapi juga ngga terlalu puitis. Intinya menyampaikan pesan lagu tanpa melebih-lebihkan. Itulah kenapa saya lebih suka lagu berbahasa Inggris daripada lagu berbahasa Indonesia. Kebanyakan lirik lagu Indonesia terlalu lugas dan ungkapannya itu-itu aja. Ketebak banget lah. Tapi bukan berarti saya ngga suka sama sekali sama lagu Indonesia. Saya suka Gita Gutawa, soundtrack film AADC, dan soundtrack film Laskar Pelangi. Kelihatan banget, kedua film yang saya sebut belakangan menggarap soundtracknya dengan serius. So hasilnya pun sebanding.
Sekarang saya juga lagi gandrung banget sama lagu-lagu J-Pop. Lagu Jepang lah gampangannya. Yui dan Utada Hikaru adalah penyanyi J-Pop yang nggak pernah bikin saya bosen dengan lagu-lagunya. Saya juga suka soundtracknya Naruto, Gundam SEED Destiny, BLEACH, dan Inuyasha. Lagu-lagunya bervariasi dan sekali lagi, ngga ngebosenin!
Musik identik dengan otak kanan. Kalau kita biasa melatih otak kiri dengan belajar, kenapa kita nggak juga melatih otak kanan dengan musik? Nggak perlu ahli main musik, minimal kita bisa menikmati segala jenis musik. Musik itu selain bikin pikiran rileks juga bisa bikin kita semakin peka dan punya rasa seni yang lebih tinggi. Percaya deh!
Selamat bermusik!!