Satu pertanyaan saya kembali dijawab oleh Allah SWT.
Saya pernah bingung dengan prioritas diri sendiri. Saya punya begitu banyak keinginan, sampe bingung diri ini mesti dibawa ke mana.
Dalam keputusasaan, bukan deng, dalam rasa cape dan mentok berpikir, saya menyisipkan keinginan dalam hati. Saya ingin tau apa yang sebenarnya saya inginkan. Apa mau saya. Ke mana kaki saya pengen melangkah. Di mana hati saya ingin menghadap.
Jawaban ngga serta-merta datang. Saya diberi tawaran, disodorkan berbagai pilihan. Ada yang saya lepas, ada yang saya pertahankan. Ada yang saya terbangkan dengan ikhlas, ada yang saya kunci rapat-rapat dalam hati.
Satu kali, dua kali, dan seterusnya. Allah terus ngasih saya kemungkinan dan pilihan-pilihan yang harus saya jawab sendiri. Saya terus-terusan dihajar frustrasi. Saya diperlihatkan hal-hal yang sepele, tapi ngga jarang bikin migren kumat berhari-hari.
Saya membuang banyak pilihan. Saya melepaskan banyak kesempatan. Sampe di puncak frustrasi, saya cuma cerita ke Mama sambil lalu dan sama sekali ngga mau cerita sama sahabat saya, Gale Hawthrone saya yang bisa dibilang manusia bumi kedua yang tau kejadian-kejadian krusial dalam hidup saya. Saya kepengen cerita, tapi saya tau dia akan mencela saya habis-habisan. Mengkhotbahi saya, mengernyit membaca bbm saya dan pastinya hanya akan menanggapi dengan beberapa kalimat (atau mungkin satu) dengan inti yang teramat jelas: "Mau lo sebenernya apa sih, Cha?"
Dan di saat seperti inilah saya menunduk kembali ke Allah.
Rasulullah SAW bilang, ketika bingung, mintalah fatwa pada hatimu. Maksudnya jelas. Yang ngerti diri kita, yang ngerti tujuan kita ya cuma dua pihak: hati saya dan Allah SWT yang punya hati saya. Tapi saya pun tau, Allah ngga sekedar ngasih jawaban secara mak bedunduk kaya orang dapet balesan SMS. Allah punya cara sendiri. Allah mau saya berpikir, menelaah hati saya sendiri. Allah mau saya menemukan sendiri, apa yang sebenarnya saya mau.
Jawabannya sebenarnya sudah saya temukan sejak lama. Sebenernya saya udah tau apa yang saya mau. Cuma ya itu, ketutup sama keinginan-keinginan impulsif yang membuat pandangan kabur. Dan ketika jawaban itu udah terpeta jelas di depan mata, saya hanya perlu berdiri melawan dunia. Dunia yang ngga bakal sepenuhnya mendukung keputusan saya. Dunia yang bakal menyemprot saya sepuasnya, mencela dan menceramahi tentang betapa bodohnya saya, dan dunia yang akan mengangkat alis, melontarkan kata-kata sarkastis, dan menyesalkan apa yang saya lakukan.
Allah yang menunjukkan semua ini ke saya, jadi saya berasumsi bahwa Dia sudah ridho dengan pilihan saya. Sekali lagi, Allah memang punya cara yang unik dalam menangani hamba-hambaNya. Untuk saya, rasanya sangat jelas.
Allah menetapkan takdir, tapi memberi saya pilihan-pilihan, termasuk pilihan untuk berusaha dan berdoa demi mengubah yang buruk menjadi baik. Apa yang saya pilih, itulah takdir saya. Saya memilih jadi miskin, ya takdir saya miskin. Begitu pula sebaliknya. Saya diperbolehkan memilih takdir saya sendiri dan apapun takdir yang saya pilih, Allah pasti udah kasih ACC.
Alhamdulillah ya Allah.... ^_^
January Makeup Entry
2 years ago
0 comments:
Post a Comment