Gara-gara sibuk ngurusin praktikum kelompok dan agenda terdekat HIMABIO plus kegiatan bergaul dengan temen-temen baik di dalam maupun luar komunitas biologi, berapa hari ini saya benar-benar dihadapkan pada berbagai jenis orang. Walaupun secara konsep spesies biologi yang namanya manusia itu SEJENIS (alias Homo sapiens), tapi dalam kenyataannya biodiversitas manusia secara fenotipe mau ngga mau seakan menentang konsep tadi. Jadi biar sejenis, ternyata manusia sebenernya ada berbagai jenis. Nah lo, pusing, kan?
Okelah, ngga usah ngurusin jenis-jenisan segala. Toh alhamdulillah saya udah lulus taksonomi hewan, jadi ngga perlu diulang lagi pelajarannya. Yang jadi fokus obrolan saya sekarang adalah betapa manusia diciptakan dalam berbagai bentuk rupa dan sifat, yang kadang bikin salah paham manusia lainnya. Beneran, saya baru bener-bener ngerasain hal ini di semester 4. Maklum aja lah, beban SKS tiap matkul gede-gede, belum ditambah beban organisasi, bla bla bla. Ngga cuma saya, semua orang yang berinteraksi dengan diri ini pun ketauan aslinya.
Berawal dari beberapa minggu yang lalu, ketika salah seorang sahabat saya cerita bahwa seorang teman di luar komunitas menanyakan hal yang jadi privasi saya ke dia. Dan ternyata ngga cuma ke sahabat saya yang satu itu aja, dia tanya ke semua orang, ngga langsung ke saya. Saya muntab, asli. Begitu juga waktu sahabat saya yang lain jadian. Orang itu mbingungi. Nanya ke semua orang, termasuk ke saya tentang kebenaran berita itu, tapi ngga langsung nanya ke objeknya. Ngga dipungkiri, sahabat saya bete berat.
Melihat latar belakang perbuatannya, saya tau niatnya baik, cuma mungkin caranya aja yang salah. Merujuk istilah Mama, bener ning ora pener. Artinya kurang lebih niatnya benar, tapi caranya yang kurang tepat. Celakanya, kasus yang begini ini yang suka bikin orang salah persepsi terus mengakibatkan keretakan antara kedua pihak yang bersangkutan. Itu belum kalau pada dasarnya si objek lagi bad mood, bad day, sampai bad hair day. Wah, bisa tambah panjang urusannya.
Sebenarnya ngga ada masalah kalau kita, baik subjek maupun objek memahami satu konsep: ngga ada orang yang sama di dunia ini. Semua orang punya cara sendiri untuk mengungkapkan pandangannya terhadap suatu hal. Dan lagi-lagi kedua pihak-lah yang harus bisa memahami cara pandang lawan bicaranya. Contoh, kalau semisal saya dihadapkan dengan orang yang gampang ngerasa 'dalem' (alias sensitif), mau ngga mau ngga bisa kan saya pake cara blak-blakan untuk mengkritik suatu perbuatan dia yang bagi saya kurang pas. Gitu juga sebaliknya.
Makanya mungkin benar juga makna suatu kalimat yang pernah saya temukan (entah di mana, saya lupa sumbernya). Kita tidak bisa membuat orang lain menjadi seperti yang kita inginkan; yang bisa kita lakukan hanyalah menyesuaikan diri dengan cara pandang orang di sekitar kita. See?
Ngga ada yang salah dengan menjadi diri sendiri, baik dalam hal style pakaian, cara bicara, cara bersikap, sampai cara memandang hidup ini. Namun kita juga harus ingat, kita hidup ngga sendiri. Ada banyak jenis manusia di sekitar kita. Dan semua manusia, semua orang punya gayanya sendiri-sendiri. Respect yourself before you respect others, but respect others first if you want them to do the same thing to you!! ^_^
January Makeup Entry
2 years ago
0 comments:
Post a Comment